Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solidaritas

21 Agustus 2011   00:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:36 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bila belum juga cukup, usul SP ada injury time berikutnya…sehingga ada injury time pertama (s/d 22/8) dan berikutnya, sampai ybs. terangkat dari jurang each-less (ketiadaan).

Demikian SP awali tanggapan terhadap postingan Dian Kelana di sini.

Nah, berikutnya, menjadi tugas kita semua mengembangkan kemampuan SOLIDARITAS dalam diri demi membangun hegemoni kelompok (kompasiana klan). Ya, semua anggota kompasiana dapat merasakan sebagai kelompok terpelajar dan eksklusif seandainya perasaan itu mampu berguna dalam membangun kesejahteraan kelompok. Yang lebih dapat meminta(list kebutuhan) dan yang kurang dapat memberikan(usulan perbaikan. Bila ini semua kita lakukan, maka kita tidak perlu menuntut fungsi negara –yang sebenarnya bisa kita lakukan sendiri. Menurut SP apa yang kita miliki secara material ibarat darah dalam tubuh manusia, dimana bila darah itu tidak berguna atau bahkan menjadi penyakit bila tidak beredar merata (proporsional) di dalam tubuh. Sebab, darah yang tidak beredar SEMPURNA maka akan menjadi penyakit dan malapetaka bagi diri sendiri dan orang lain (sosial), maka itu darah harus mengalir, tidak boleh bertumpuk di dalam suatu tempat menjadi IDLE. Inilah fitrah sesungguhnya manusia sebagai mahluk pribadi dan mahluk sosial.
TERJADINYA korupsi di negeri ini merupakan pelanggaran fitrah di atas, ingin memiliki sendiri apa yang menjadi rezekinya merupakan tindakan tidak humanis. Nah, oleh karena itu, hendaknya apa yang telah dilakukan DK, Thamrin dan lainnya, hendaknya dapat berlanjut menjadi gerakan SOLIDARITAS, sama dengan yang dilakukan LECH WALESA di Polandia dulu.

Banyak divisi yang perlu dibangun dalam "klan" yang kita coba bangun para sahabatku di kompasiana.Yang ahli dalam rancang bangun, dapat membangun (merekayasa/social engineering) para kawan-kawan di dalam komunitas. Yang ahli bahasa dapat memberikan pemahaman bagaimana berbahasa yang baik dan santun. Yang ahli akunting dapat membimbing, bagaimana merancang  sebuah perencanaan usaha yang menguntungkan. Dan seterusnya, hingga semua melakukan kontribusi aktif, sehingga terjadi energi positif.

Sepakatkah anda semua, bila ada perkataan lama yang sudah kumodifikasi "berikanlah kail jangan ikan semata atau hanya doa sekeranjang". Baik, ikan dan doa, hanya akan mengobati sementara, namun perbuatan merupakan puncak harapan yang dapat membantu siapapun keluar dari masalah. Secara keimanan, semua ada tingkatannya. Sebagai pengusul terbentuknya klan kompasiana (maaf "kompasiana" itu hanyalah istilah yang mengingatkan bahwa kita semua tengah berada di sini), dunia tulis-menulis merupakan alat kita mempersatukan kekuatan kepedulian sosial.

Bagi siapapun yang masih berlindung di balik identitas semu dan belum terverifikasi, anda pun dapat berbuat lebih baik dari sekedar memberi ikan dan doa. Kan "nara sumber" bisa disamarkan demi melakukan perbuatan apapun. Kali ini, SP menawarkan, adakah gagasan lain yang dapat menyempurnakan gagasan dari manusia dengan pengalaman seumur jagung ini.

***

Semua rilis di atas berdasarkan rilis Dian Kelana di bawah ini:

http://adf.ly/2POcj

http://adf.ly/2POfH

http://adf.ly/2POgM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun