Sastro merupakan nama yang bagus pemberian orang tua agar ia bisa menjadi pembicara yang baik di masyarakat. Namun, kenyataannya, ia agak gagap dalam bercakap-cakap. Sehingga susah ia diterima di stasiun radio dan televisi manapun di Jakarta.
Berbekal sarjana Ilmu Komunikasi dari Unair, Surabaya, ia nekad menaklukan Jakarta. Maklum, Sastro bonek tenan sejak kecil.
Ia masuk ke salah satu grup Gramedia untuk melamar menjadi sales buku ensiklopedia.
"P...ppperrr...mis....missiii," Kata Sastro kepada Manager Pemasaran.
"Ada perlu apa, Mas?"
"S...ssss...sasa...ya...mmmm...mmmaaa uu...mmeell ...lamar jadi sales,Paakkk."
"Yang normal, gagah atau cantiok saja susah menjual produk yang kami pasarkan! Apa kamu yakin bisa jadi salesman?"
"Bbb...bbb...bi..sa, Pak" Jawab Sastro menunjukkan kenekadannya sebagai cak Suroboyoan. Sete;lah berpikir bijak, akhirnya sang manager memberikan kesempatan kepada Sastro. Maklum Gramedia tidak mau dicap sebagai perusahaan yang diskriminatif.
Hei, esok harinya ternyata terjual 10 buku eksklusif dan mahal yang dipasarkan Gramedia. Demikian pula hari-hari selanjutnya, sehingga membuat penasaran sang manager. Timbullah usilnya, ia tambah beban penjualan menjadi 20, 30 bahkan 40 buku! Semua laku terjual dalam sehari! Luar biasa!
Prestasi yang dicapai Sastro menobatkan ia menjadi best seller di divisi penjualan buku khusus di Gramedia.
Saat mendapatkan anugerah, ia didaulat untuk menceritakan kisah suksesnya menjadi salesman. Hadirin bertepuk tangan demi ingin mendengar alasan Sastro mengisahkan pengalamannya.