Orang Minangkabau di Sumatera Barat acap mengatakan Jawa untuk Jakarta dan seluruh Jawa yang ada, baik orang yang mendiami pulau Jawa maupun yang tanah itu sendiri. Maka itu, kadang ada ungkapan,"den nio marantau ke tanah Jawo..." meskipun yang akan didatangi Jakarta. [caption id="attachment_91386" align="alignnone" width="130" caption="Ilustrasi foto yang dibakar, google.com"][/caption] Dominasi Jawa yang kuat sehingga terjadilah PRRI tahun 1957 karena merasa dianaktirikan. Sudah lama tidak ada pemberontakan sejenis itu lagi setelah Bung Karno "menumpas" dan berdamai dengan para pejuang PRRI yang diantaranya dilakukan oleh pentolan PSI. Namun, tiba-tiba perlawanan itu terjadi lagi. Kini, caranya yang beda dan temanya yang beda: Pada Selasa(22/2) malam ratusan suporter kesebelasan PS Semen Padang atau "The Kmers" membakar belasan foto Ketua Umum PSSI, Nurdin Khalid demi menolak Nurdin kembali maju menjadi orang nomor satu di organisasi sepakbola Indonesia itu. Pembakaran dilakukan saat The Kmers menggelar demontrasi di luar stadion H Agus Salim Padang, Selasa malam itu. Dengan aneka yel-yel yang berisikan penolakan terhadap kepemimpinan Nurdin Halid, para demonstran kemudian membuat api unggun lalu membakar foto-foto Nurdin Khalid sebagai wujud keprihatinan The Kmers atas matinya demokrasi di PSSI. Bukan itu saja, sebelum dibakar foto-foto ketum PSSI Nurdin Halid, para demontrans juga menginjak-injak semua foto Nurdin Halid yang mereka pegang, lalu melemparkannya ke dalam api unggun sehingga api semakin membesar. (Apakah foto lain juga api akan bereaksi serupa?) Para suporter itu juga menyanyikan lagu-lagu sindiran terhadap Nurdin, sekaligus menolak politisi itu kembali maju memimpin PSSI dalam Kongres Nasional PSSI 2011. Pemberontakan memang perlu ada, dan orang Minang sudah tidak terbiasa melakukannya, kecuali Selasa malam kemarin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H