Mengobarkan semangat Anti Korupsi dapat dilakukan melalui tulisan, demo dan lagu musikal. Hari Widiyanto, seniman kondang Pasuruan, Jawa Timur, misalnya melalui lagu Pejabat Gila memprovokasi masyarakat agar sadar dengan kenyataan yang ada saat ini. Menurut Hari,Senin (20/2) di Pasuruan, setiap masyarakat mempunyai peran tersendiri dalam mengawasi jalannya pemerintahan ini. Yang ia fokuskan saat ini adalah melalui lagu-lagu yang membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menyalakan perang terhadap korupsi. Lihatlah teksnya di bawah ini:
[caption id="attachment_162238" align="aligncenter" width="300" caption="Hari Widyanto(kiri) dalam sebuah aksi bersama penulis "][/caption]
Pejabat Gila
Sekarang,zaman sudah gila
Pejabat...pada nimbun harta
Mereka , saling kerja sama
Semua , slaing tutupi masalah
Rakyat pun kini sudah gerah
Yang ada ...hanya...janji saja
Kapankah...terwujud buktinya
Biar rakyat ...puas hatinya
Selesaikan, semua masalah
Biar kita tak saling curiga
Bisa ditunggu hasilnya
Agar tahu...titik masalahnya
Kita pun ....akan mendukungnya
Semua ...program-program KPK
Asalkan jujur-jujur saja
Mari Semua...kita dukung bersama
------
------
Simaklah bait pertama yang menyatakan "sekarang, zaman sudah gila..." karena alasan "pejabat pada nimbun harta, mereka saling kerjasama, semua saling tutupi masalah".
PROVOKASI lunak masuk pada kata berikutnya..."Rakyat pun kini sudah gerah, yang ada hanya janji saja, kapankah terwujud buktinya, biar rakyat puas hatinya".
Hari Widiyanto pencipta lagu sekedar mengingatkan kita semua, bahwa saat jaman yang sudah gila (lihat ramalan Ronggowarsito) dimana mereka lebih suka menimbun harta dengan sebuah kerjasama yang apik seperti pada kasus korupsi berjamaan di Wisma Atlet , Palembang dengan tertuduh Nazarudduin. Sangat terasa muatan pesan-pesan moral dari lagu PEJABAT GILA agar para pelaku menghentikan perilaku buruknya bila tidak ingin rakyat marah dan mengamuk.
Meski mengatakan jaman sudah gila, namun harapan Hari masih ada pada kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Ia menaruh harapan pada KPK dan mendukung kinerja KPK, asal jujur-jujur saja. Tidak tebang pilih.
Sebagai negara yang menganut filosofis Pancasila, dimana aneka agama dianut oleh masing-masing individu, namun mengapa tabiat buruk masih saja terjadai seakan saling berlomba-lomba?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H