Bolehkah aku merancang hidup menjadi orang Jawa? Setelah hidup menjadi bangsa lain dari bangsa Jawa. Bila itu yang kutanyakan padamu hari ini. Maka akan segera kujelaskan satu per satu. Karena aku mulai jenuh orang dari bangsa lain dari bangsa Jawa yang tinggal di Jakarta. Kota dengan sejumlah neraka hidup yang kutemui: pengkhianatan, kemunafikan, kebencian, kerakusan, dan sejumlah sifat lain yang tidak cocok dari fitrah diriku sebagai manusia yang lembut, welas asih, dan pecinta manusia dan kemanusiaan. Lihat pertemuanku Jumat (7/10) pagi dengan pak Sudarto atau yang biasa dipanggil pak Darto, ia begitu rajin menjual perkedel, pisang molen, dan lain kuliner di lingkungan seputar kantor DPRD Kota Malang dan kantor-kantor lainnya hingga kantor Pemkot Malang. Menurutnya, sudah 2 tahun ia jalani usaha menjual penganan dengan keranjang palstik merah jambunya. Meski sudah sepuh, karena telah 21 tahun pensiun dari Pemkot Malang, namun ternyata tidak ada kata pensiun untuk beraktivitas yang produktif, yaitu menjual penganan berbagai jenis kue. Pengakuan pak Darto, ia dulu aktif sebagai tentara awalnya sebelum diperbantukan di Pemkot Malang hingga pensiun pada usia 55 tahun. Badannya yang kecil terlihat lincah memilih-milih pesanan yang diminta para pelanggan. Seluruh rambut dan kumisnya sudah putih. Terlihat jelas keriput di sekujur tubuhnya. Namun, anehnya, wajah lelaki 76 tahun ini, tampak ceria saja sambil menyerahkan pesanan penulis pisang molen dari jenis pisang sari. Hmm, enak teunan.... Aku merancang jadi orang Jawa! ))))) diringkas menjadi http://adf.ly/368uB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H