Bila kalian tersesat dan ragu dalam melangkah, maka cobalah bertanya pada orang yang paham dan berupaya mempelajari alam semesta ini. Niscaya ketersesatan dan keraguan kalian akan terpecahkan.
Kalian tersesat dan menjadi ragu karena melihat penawaran "barang baru" yang dipoles demikian bagus tampilan oleh tim sukses sehingga merasa akan datang "satrio piningit"Â memimpin Jakarta 2012 sampai dengan 2017.
Jelas itu semua adalah perasaan sesat! Yang ada adalah proses pembangunan Jakarta yang berkelanjutan sudah berjalan sesuai track-nya (on the track) di bawah kepemimpinan Gubernur DKI Jakarta. Ia telah merancang Jakarta hingga puluhan tahun ke depan. Dimana transportasi massal yang lebih murah sudah disiapkan dan tempat penyimpanan air bawah tanah juga sudah disiapkan sebagaimana di kota-kota besar dunia lainnya.
Jadi, visi dan misi apalagi yang kalian cari dari orang lain yang pada 11 Juli 2012 lalu membuat kalian semua menjadi terkesima dengan tampilan sederhana, bicara agak gugup dan wajah (seakan) lugu? Itu semua adalah fatamorgana yang menyesatkan. Misalnya, betapa lihai tim sukses memompa "keunggulan" sang cagub yang baru masuk nominasi menjadi walikota dunia, padahal baru akan diumumkan siapa pemenangnya pada Oktober 2012. Mereka lupa, bahwa prestasi Fauzi Bowo adalah menjadi Presiden Para Gubernur se Asia Pacific. Berkat jasa Fauzi maka diadakan pertemuan berkala di antara para anggota demi tujuan menyejahterakan penduduk yang tinggal di kota-kota yang ada di wilayah Asia Pacific.
Mengapa dunia mengakui Fauzi Bowo yang menguasai lebih dari 3 bahasa internasional? Itu semua tidak lain karena ia adalah doktor di bidang Tata Kota dan Doktor di bidang politik. Namun, karena kesederhanaan dan sikap tawadhu dari sosok yang satu ini, maka prestasi tidak digembar-gemborkan. Jadi, alangkah herannya penulis saat mendengar "tantangan" dari Jokowi (di sebuah acara TV-one) agar sama-sama mengedepankan visi dan misi bukan soal SARA yang dipersoalkan.
Perkataan yang bertujuan menuding Fauzi Bowo diuntungkan dengan adanya gejolak kritis masyarakat terhadap keberadaan si "SARA" itu sangat aneh. Karena, pada kenyataan di lapangan Gubernur Fauzi Bowo sangat toleran dalam kemajemukan warga Jakarta. Ia mampu menjaga Jakarta bersama perangkat keamanan terkait. Ia juga orang menjalankan agamanya dengan fasih sesuai posisi dia sebagai ketua DPW Nadhatul Ulama DKI Jakarta.
Tudingan miring kepada Fauzi Bowo membuat posisi dirinya terzolimi sebenarnya, sehingga wajar tim bantuan hukum berancang-ancang untuk melakukan upaya hukum terhadap orang-orang yang merajalela membuat karikatur kotor, perkataan dan fitnah kotor. Namun, apa yang terjadi? Fauzi Bowo dengan ringkas mengatakan, "sudahlah nggak usah ditanggapi!" Betapa ini membuktikan, bahwa Fauzi Bowo adalah orang egaliter kepada lawan-lawan politiknya.
Pesan ini disampaikan kepada warga Jakarta yang membaca kompasiana dengan kondisi mempunyai HAK PILIH, bukan kepada warga di luar Jakarta, yang sudah tidak punya hak pilih, namun memakai akun abal-abal dan kerjanya cuma mengeluarkan kata-kata tidak bermutu serta menghasut, seperti:
Sung Hoo (http://www.kompasiana.com/JudgeBao ) } sudah jelaslah ini makhluknya!
Yongki (http://www.kompasiana.com/Bdg83)