Bila nggak menang Jokowi, maka ia akan mengalami "post power syndrome" karena ia telah mengatakan dalam debat cagub di Metrotv, "demi karier dan perbaikan selagi undang-undang tidak melarang". Ia tidak menjawab, "konflik batin apa yang berkecamuk dalam diri anda (Jokowi)" yang ditanyakan oleh Fauzi Bowo.
Ini nampak terlihat, Jokowi bukanlah seorang negarawan dan hanya politisi biasa yang lebih mementingkan diri dan kelompoknya saja. Ia melihat peluang, selagi tidak ada larangan undang-undang, maka bolehlah bertarung hendak menjadi apa saja di negeri ini.
Jokowi lupa, bahwa ia berjanji meski langit runtuh tidak akan meninggalkan Solo yang telah memberikannya kepercayaan menjabat menjadi walikota 2010-2015.
Tipikal sosok ini pernah meninggalkan "bekas" yang mendalam pada diri Sukiyat yang ditinggalkan perannya sebagai fasilitator utama adanya Mobil KIAT ESEMKA, yang kini cuma bernama Mobil ESEMKA. Artinya, bukan tidak mungkin sifat "menendang orang lain" dan "kutu loncat" Jokowi dan Ahok (meninggalkan tugas sebagai Bupati Bangka sebelum habis masa tugas) akan menjadi sifat LATEN, yang akan terjadi lagi saat di tengah jalan menjabat (kalau menang?) sebagai Gubernur DKI JAKARTA.
Rasanya, hanya orang yang emosional saja yang memilih Jokowi-Ahok. Dan menjadi orang bijak bila menghindari pilihan terburuk ini...