Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hologram Politik di Tanah Air

8 April 2012   17:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:52 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Usai menyaksikan tampilan Chrisye dengan Sophia Latjuba dalam konser Kidung Abadi di Planery JCC Hall, SP merasakan kesamaan acara yang menyedot perhatian penggemar Chrisye dengan kondisi politik di tanah air. [caption id="attachment_170585" align="alignright" width="300" caption="sophia latjuba"][/caption] Lihat saja, pemirsa merasakan seperti melihat Chrisye hidup kembali dengan teknik pencahayaan dan audio yang sangat sempurna. Padahal Chrisye sudah meninggal sejak 5 tahun lalu dan tidak bisa terjamah oleh manusia. Sama dengan kondisi politik di tanah air. Rakyat seakan tidak bisa menjamah presidennya dari dekat. Hal itu terlihat, bagaimana bila sang presiden berlalu di jalan raya, ribuan meter sebelum sang penguasa di negeri ini lewat, rakyat sudah "disingkirkan" melalui  alat yang dipakai dalam bentuk  polisi-polisi yang mengatur kelancaran jalan sang presiden. Menurut Saurip Kadi, "jongos lewat, namun tuan yang menyingkir"--dalam kesaksian SP di berbagai daerah di Jawa Timur saat mengikuti bedah buku "Pilpres Abal-abal, Republik Amburadul". [caption id="attachment_170586" align="alignright" width="300" caption="Chrisye (dalam bayang hologram)"]

13339073201650140057
13339073201650140057
[/caption] Calon Gubernur Fauzi Bowo, mestinya berkaca pada demonsrtran yang merobohkan pagar di depan gedung DPR pada Jumat (30/3) karena menolak kenaikan harga BBM yang akan disetujui dalam  sidang paripurna DPR kala itu. Hal itu karena  rakyat  di DPR  tidak bisa berkomunikasi dengan para wakilnya. Kita tahu, bahwa konstituen tidak bisa menjamah para wakil rakyat.  Padahal demikian pula, bila kelak 6 bulan lagi kan ada kejadian serupa sepeerti itu. Fauzi Bowo  harus belajar dari peristiwa  demonstrasi di depan gedung DPR yang merupakan cerminan Hologram Politik  di tanah air, yaitu rakyat tidak bisa menyentuh  ranah anggota dewan meski aspirasi telah disampaikan dalam menolak kenaikan harga BBM. Fauzi Bowo harus  mau turun ke gang-gang menyalami orang  di kolong jembatan atau termajimalisasi oleh kondisi sosial ekonomiu. Kedua, Fauzi harus rubah ruang pembatas antara dirinya sebagai Gubernur dan rakyat konstituen warga Jakarta. Walaupun manuver  di atas tampaknya seperti sudah dilakukan oleh para calon gubernur, seperti Faisal Basri yang mau menghampiri komunitas warga yang ada di rel keretapi. Atau Alex Nurdin  yang mendatangi pasar kue di Proyek Senen, Jakarta Pusat serta calon gubernur lain  Jokowi dengan aktivitas membuminya. Namun, Fauzi hendaknya jangan mau kalah. Ia harus lebih aktif lagi dari calon gubernur yang lainnya. Karena ia telah membuktikan mampu memimpin Jakarta 2007-2012. [caption id="attachment_170587" align="alignright" width="300" caption="Fauzi Bowo: Saya dekat dan berkerja  untuk anda sekalian, wahai seluruh lapisan warga Jakarta"]
1333907457543998830
1333907457543998830
[/caption] Dalam dunia digital,  dimana  seolah  ada sosok muncul di  hadapan kita, padahal maya.  Namun, di sinilah kesempatan bagi Fauzi Bowo  untuk mengkonkretkan sosok  dirinya itu. Program harus membumi dan dirasakan konkret oleh warga Jakarta. Bila dua langkah ini dilakukan oleh Fauzi Bowo dan benar-benar direalisasikan, maka tak  heran bial ia akan terpilih untuk keduakalinya menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2012-2017.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun