Pak Lurah di tempat guetuye tinggal di bilangan Jakarta Barat mempunyai hobi mengoleksi aneka jenis burung. Mulai dari burung beo, gelatik, perkutut hingga perketiew. [caption id="attachment_181821" align="alignright" width="700" caption="Ilustrasi Lurah: adegan berbahaya, jangan dicontoh."][/caption] Suatu ketika, semua yang dimiliki hilang saat ia bertugas ke Balaikota dan keluarganya juga meninggalkan rumah di kampung halamannya di Jawa Barat. Kontan saja kemarahan sang lurah ke ubun-ubun. Ini sudah keterlaluan. Akhirnya, pak Lurah mengumpulkan semua warga yang ada. Setelah bicara panjang lebar, akhirnya Pak Lurah mulai bertanya, "Siapa yang punya burung?" Semua lelaki yang hadir berdiri. Merasa salah bertanya, Pak Lurah meralat pertanyaannya, "Maaf , bukan ke arah situ pertanyaan saya. Maksud saya, siapa yang pernah lihat burung?" Semua wanita pun berdiri! Haddoooohhhh!!! Pak Lurah merasa situasi kian tidak menentu dan gawat. Wajah pak Lurah pun mulai mirip udang direbus. "Sekali lagi, bukan ke arah situ pertanyaan saya wahai para warga. Maksud saya, siapa yang pernah lihat burung saya?" Bu Lurah pun berdiri dan ada 9 perempuan lainnya. Pak Lurah kontan tanpa nyicil lari tunggang- langgang dikejar bu Lurah dan kesembilan perempuan lainnya. Hadddooohhhh....!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H