Setelah mengalami "penderitaan" pertama dengan kondisi 4 tulisan langsung diberangus di sini, maka SP berkeyakinan, bahwa Admin Kompasiana, jauh lebih buruk dari Jaksa Agung di jaman Orba yang memberangus buku-buku Pramoedya Ananta Toer (PAT). Mengapa begitu? Inilah perbandingan antara nasib yang dialami PAT dan SP:
1.Buku PAT, minimal diberangus 9 bulan setelah terbit
2. Buku PAT diberangus minimal 1 judul
3.Buku PAT jauh lebih menakutkan ketimbang rilis SP
4.Buku PAT lebih berisi perjuangan kaum fakir dunia ketimbang SP yang menulis sekelompok orang yang menyimpang dalam orientasi seks.
5. Buku PAT membangkitkan kesadaran nasionalisme, sedangkan rilis SP membangkitkan kesadaran orientasi seks seseorang yang belum ada satu pun yang berani melakukannya di situs ini.
6.Buku PAT tidak ada satu pun memperjuangkan kaum gay, menyindir kaum gay dan lainnya, sedangkan rilis SP melakukannya dengan cara lain, yaitu "melakukan dialog" dengan cara agar mereka menulis tanggapannya, dan baru 2 (dua orang) saja yang muncul yaitu SOLEIL dan AMOR dengan memakai AKUN ABAL-ABAL.
7.Buku PAT diminati orang banyak, sedangkan rilis SP jauh lebih banyak karena ditambah dengan ALGOJO ADMIN yang mengeksekusi rilis dalam bilangan hari saja bukan bilangan bulan sebagaimana dialami oleh PAT.
8.Buku PAT diberangus dengan alasan yang disiarkan melalui media massa, artinya terbuka luas dan diketahui orang banyak, sedangkan ADMIN kompasiana, hanya mengirim via inbox sehingga hanya dengan transparansi SP saja yang mempertanggung-jawabkan apa sudah ia tulis dan ia terima maka ia publish PERINGATAN ini.
9. PAT bersaing dengan para penulis besar lain di dunia untuk mendapatkan NOBEL, sedang SP bersaing dengan admin untuk mendapatkan eksistensi di kalangan pembaca dan pemilik akun.
Berikut tulisan admin yang dikirim via INBOXÂ di akun SP , www.kompasiana.com/sutanpangeran.