Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Rakyat Banten Cuek atas Nasib Penguasa Mereka

10 Oktober 2013   16:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:43 1449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada Kamis (10/10) ini menjelang  Jumat (11/10) kelabu besok ternyata di sebagian wilayah Propinsi Banten warga adem ayem saja, khususnya yang berada di Giant Supermarket di depan perumahan Villa Melati Mas, Serpong, Tangerang. Mereka seakan tidak peduli dengan apa yang akan dilakukan besok terkait kesaksian Gubernur mereka, Atut yang akan dipanggil sebagai saksi atas kasus suap yang diduga dilakukan oleh adik kandungnya, Wawan yang juga terkait dengan tuduhan suap terhadap hakim Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar. Ada apa gerangan di negeri ini? Mereka tidak pernah cemas andai pemimpin mereka bakal menjadi saksi atau lebih dari sekedar sebagai saksi. Warga Banten tidak peduli apakah gubernur mereka akan diperiksa terkait dengan kepemilikan asset yang super fantastis selama 2 periode kekuasaan di tingkat gubernur dan sebelumnya sebagai wakil gubernur di Propinsi Banten. Hidup mereka seperti biasa. Kalangan menengah atas tetap sibuk dengan bisnis dan kerja-kerja mereka. Demikian pula menengah ke bawah tidak peduli akan apa yang terjadi atas pemimpin mereka. Yang paling kelas terbawah pun tidak akan peduli dengan nasib penguasa mereka, apakah terbebas dari jerat hukum atau tidak terkait kasus suap di Pilkada Kabupaten Lebak beberapa waktu lalu. Nampaknya, hidup berjalan seperti biasa. Rakyat tidak berharap banyak akan adanya pemerintahan korup di Propinsi Banten. Dan, ini juga terjadai di seluruh propinsi : mereka acuh tak acuh dengan pemimpin mereka yang akan mengalami nasib naas dalam putaran gerak roda pedati. Dan meski kondisi Banten masih ada 600.000 penduduk miskin di seluruh wilayah propinsi, rakyat masih tidak peduli dengan lambatnya perubahan karena adanya megalomania korupsi di berbagai lini pendidikan, kesehatan dan infra struktur lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun