Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Di Kuningan Nggak Boleh Bilang "Momok"

6 September 2012   01:07 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 2239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Betapa kaya bahasa Indonesia dengan tambahan bahasa Nusantara yang ada. Selama seminggu abdi (saya) di Kuningan, Jawa Barat setidaknya harus menulis kalimat di bawah ini di media lokal:

Di die, urang ulah ngomong "momok" bila takut dengan sesuatu, " seperti kalimat, " dia telah menjadi momok bagi si fulan karena merasa bersalah luar biasa". Nah, bisa ketawa atau marah lawan bicara di die. Karena "momok" dalam bahasa Indonesia adalah sesuatu yang ditakuti/dihindari, namun di sini sesuatu yang harus dijaga.

Kik kik kik

Jadi, bila di Jakarta, kukatakan kalimat, "bagiku dia  telah menjadi momok dalam di masyarakat karena kelakuannya yang negatif dan merugikan orang sekitar...". Maka, di sini mesti bilang, "Punteun akang  sadayana, abdi mau bilang..." tidak 'yang ditakuti" bagiku dalam hidup ini."

Hindari bilang "momok" di Kuningan, sebab, orang Rengasdengklok saja tidak paham maksudnya. Lain, Sunda lain artinya, lain daerah lain ucapannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun