Saya, Sutan Pangeran menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang berhasil menetapkan hari ulangtahun saya, Rabu 11 Juli 2012 sebagai waktu yang dipakai untuk memeriahkan pesta demokrasi di DKI Jakarta.
Sebagai orang Minang yang menetap sejak umur 2 tahun (1965) maka saya merasakan betapa banyak persoalan yang telah dilakukan oleh para pemimpin di negeri ini khususnya untuk Pemprop DKI Jakarta. Beberapa keberhasilan Fauzi Bowo dalam upaya mensejahterakan warga Jakarta terlihat jelas dalam menyalurkan PPMK yang kemudian berganti penyalurannya ke KJK (Koperasi Jasa Keuangan) saat menyalurkan dana untuk modal usaha.
Kebijakan pengalihan dana PPMK bidang Bina Ekonomi ke KJK- PEMK itu sesuai dengan Peraturan Gubernur nomor 84 tahun 2010, tentang Proses Pengalihan Dana PPMK ke KJK PEMK. Dana PPMK bidang bina ekonomi itu sesuai ketentuan diserahkan oleh Dekel melalui Unit Pengelola Dana Bergulir (UPDB). Selanjutya dana yang sudah dipindahkan ke Bank Pembangunan DKI itu dialihkan ke Koperasi Jasa Keuangan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (KJK – PEMK) yang dikelola oleh Suku Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan Perdagangan (Sudin KUMKM dan Perdagangan).
Dan PPMK itu merupakan salah satu alasan atau titik awal ketertarikan saya dalam menilai program populis yang diprakarsai oleh Bang Fauzi.
Dan yang paling utama adalah kebijakan Gubernur DKI Jakarta Dr.Ing. Fauzi Bowo yang telah berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan para guru di DKI Jakarta dengan anggaran pendidikan yang jauh melampaui ambang 20% sebagai yang ditetapkan pemerintah pusat.
Profesi guru kini menjadi favorit karena beban kerjanya semakin pasti, yaitu tidak perlu lagi “menyambi” ngajar di lain sekolah sebagaimana yang dialami guru-guru jaman 80 hingga 90-an. Sekarang para guru mendapatkan gaji dari pemerintah pusat, uang sertifikasi, dan TKD dari Pemprop DKI Jakarta. Wajar saja bila para guru dituntut untuk berdedikasi penuh dalam meningkatkan kecerdasan peserta didik.
Prestasi gubernur pasca Sutiyoso ini memang terlihat sangat strategik dan hati-hati. Maklum latar belakang sebagai birokrasi yang memulai dari dari bawah. Masalah sampah teratasi dengan baik, karena di berbagai kelurahan atau kecamatan ada mesin pembuat pupuk dari sampah hayati. Perbaikan sarana jalan di perkampungan Jakarta terlihat memadai. Bahkan masalah banjir di beberapa tempat yang menjadi langganan banjir sekitar Jatibunder, Tanabang tidak lagi terjadi karena adanya perbaikan saluran drainase.
Kampanye air bersih demi pemenuhan air bersih bagi warga Jakarta hendaknya lebih ditingkatkan. Karena pengambilan air dari dalam tanah akan mempercepat kerusakan struktur tanah yang sudah terganggu dengan kemajuan jaman dengan kemunculan gedung-gedung tinggi bak jamur di musim hujan. Untuk itu, bila perlu, 94 % warga Jakarta menjadi pelanggan air bersih PAM.
Ada baiknya, Bang Fauzi berani menjanjikan penataan kota dengan memperketat izin pembangunan gedung baru yang mulai jenuh. Syukur bila ada moratorium ke depan. Ini semua terpulang pada para ahli yang lebih mampu memikirkan usulan yang pernah saya sampaikan pada Ramadhan 2007 di rumah dinasnya di bilangan HR Rasuna Said.
Kepada Bang Fauzi, diharapkan pembenahan transportasi dapat dilakukan segera dalam waktu singkat ini, seperti mempercepat kedatangan bus TransJakarta (bus way) pada jam-jam sibuk beserta perbaikan sarana jembatan penyeberangan yang terlihat banyak yang copot baut-baut bajanya.
Untuk meraih suara yang lebih banyak lagi dalam Pilkada 11 Juli 2012, Sutan Pangeran menghimbau kawan-kawan kompasianer di Jakarta yang konon ada sejumlah 94.000 orang untuk memilih peserta nomor 1 (Fauzi Bowo – Nachrowi Ramli). Jangan lupa, Nachrowi juga anggota kompasianer loh. Ini sudah saya anggap sebagai hadiah ultah yang ke-49.