Benarkah Nasdem bisa disebut sebagai ikon penggerak perubahan dalam diri(restorasi) bila mengambil kebijakan yang serampangan dalam merekrut pengurus NASDEM dari kalangan terpidana kasus korupsi? Inilah yang perlu dipertanyakan. Sebelumnya, samakan dulu persepsi anda semua dengan membaca www.surabayapagi.com halaman 3 hari ini (27/1/2012). Apa bedanya, bila NASDEM ingin memberikan perubahan di negeri ini namun masih merekrut terpidana kasus korupsi dari para koruptor di pemerintahan sebelumnya? [caption id="attachment_157622" align="aligncenter" width="320" caption="SP bersama Sekretaris NasDem Jawa Timur,DR.M.Mufti Mubarok M.Si"][/caption] Pertama, NASDEM akan menjadi pihak yang tidak percaya dengan hukum yang telah diputuskan pengadilan. Karena, pengadilan yang telah melalui tahapan penyelidikan dan penyidikan di tingkat kepolisian, dan para tahap tingkat tuntutan Jaksa serta tingkat vonis oleh Hakim, tertnyata dengan serta merta di"mentahkan" oleh NASDEM dengan merekrut si terpidana. Kedua, NASDEM hanya bermain di artifisial belaka dengan menampilkan kepedulian yang lazim. Seperti yang diakui oleh Sekjen NASDEM wilayah Jawa Timur, yang mengatakan bahwa mereka adalah pihak yang paling peduli lebih awal saat ada warga Jatim meninggal dunia, dan memberikan sumbangan. Dan lainnya. .... Kesembilan, NASDEM sebaiknya konsentrasi menguatkan peran masyarakat kelas fakir dunia di pesisir pantai, desa dan kehutanan yang terabaikan pemerintah dalam memenuhi kebutuhan mereka. Kalau kesembilan item di atas mampu dipenuhi NASDEM, niscaya ada perbedaan negeri ini: dari jaman kegelapan menjadi jaman padang (terang). [caption id="attachment_157623" align="aligncenter" width="240" caption="DI BAWAH BENDERA RESTORASI,karya DR.M.MUFTI MUBAROK, M.Si"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H