Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Tidak Kenal Batas Usia

9 Januari 2012   16:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:07 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengakuan: Usiaku memang 67 tahun saat ini, namun kalau soal istri bolehlah: baru 6 tahun ini berumah tangga dan ia kini menginjak usia 32 tahun. Kemesraan yang kami peroleh agak lucu, yaitu saat kami bertemu dalam sebuah mikrolet menjelang ke Kemayoran. Saat itu aku nge-kos di sana, dan pada  awal perjumpaan  dalam mikrolet dimana aku lebih dulu turun. Namun, sikapku yang perhatian padanya membuat ia tertarik padaku. Padahal, hanya mengatakan pada sopir, agar hantarkan perempuan itu ke arah yang ditanyakannya semula padaku saat ia mencari alamat saudaranya. "Bang, tolong hantarkan perempuan ini ke Jalan X, dekat Y"  kira-kira itulah  pesanku pada sang sopir. He he he, sebelumnya, kami sudah saling  tukar nomor handphone. Selanjutnya, kami sering SMS-an dan saling telepon bila kangen. Hubungan kami direstui keluarga besar dari farm Bawazier, salah satu suku dari Arab. Aku nggak nyangka dalam usia 61 masih ada yang suka denganku. Mungkin karena wajahku yang awet muda dan masih tetap gagah seperti TS atau  BT kali ya? Entahlah. Yang jelas, singkat cerita, kami sudah menjadi pasangan yang harmonis hingga menginjak  tahun perkawinan ke-6. Tidak ada masalah dalam komunikasi dan sebagainya. Aku percaya, ini anugerah buatku. Betapa tidak? Sebab, seminggu sebelum  perkenalan itu, aku sempat digoda oleh anak dari pemilik kos di Kemayoran. Saat pintu kamar terkuak, tiba-tiba masuk seroang anak gadis seusia 17 tahun. Betapa kaget aku kala itu!  Sebab, anak gadis itu  tiba-tiba  menyapu ruangan kamarku. Mau kuusir, entahlah. Aku jelas tidak tega. Tapi, tentu saja  aku biarkan bisa perkara. Tidak cukup sampai di situ, tiba-tiba perempuan muda itu masuk ke kamar mandi yang hanya ditutup oleh plastik kamar mandi  sebagaimana lazim di hotel-hotel. Tentu saja  akau menjadi kaget alang kepalang! Kudengar saja shower air mengucur di balik plastik. "Om, tolong pinjam handuknya yang bersih dung!" Pinta putri ibu kos itu. Dengan serta merta kucarikan handuk untuknya. Ia mengambil handuk dalam keadaan tanpa busana. Maaf, terlihat susunya yang sebesar jambu klutuk yang tidak mungkin kupandang. Astagfirullah! Mimpi apa aku? Tiba-tiba, ada kawanku Burhan datang menghampiri kamarku. "Burhan, tolong aku, aku sedang menghadapi masalah." Lalu kuceritakan ikhwal cerita mengapa ada perempuan muda itu. Dan kami tetap berada di luar pintu kamar. Tanpa diduga-duga, datanglah ibu kos. Ia kuceritakan apa yang terjadi sebenarnya. Untunglah ibu kos percaya dan meminta maaf atas kelakuan anaknya yang memang rada "anget". Terus terang, aku masih sadar dengan harga diriku. Yang  terbayang, bila aku lupa daratan, pertama, besok aku masuk koran karena dianggap menodai anak gadis di bawah umur. Kedua, aku meringkuk  di sel polisi menunggu proses pengadilan atas kasus pencabulan. Ternyata, kisah yang  mirip Nabi Yusuf  yang  digoda Siti Zulaika terulang kembali pada diriku. Dan aku sama kuatnya dengan beliau ribuan tahun silam.  Inilah keyakinanku. Semoga kisah ini menjadi pelajaran bagi diriku dan orang-lain, khususnya kaum lelaki yang masih bujangan atau yang tidak lagi bujangan. Percayalah, Allah akan melindungi hambaNya yang tabah dalam menjaga kesucian dirinya. Apabila Anda mampu menjaganya, maka disinilah aku sendiri sekarang menatap cakrawala, dan menitipkan sebuah doa yang penuh harapan untuk hari esok. NB: Spesial diceritakan kembali oleh sang pelaku kepada SP di rumah susun di bilangan Jakarta Timur. [caption id="attachment_154489" align="aligncenter" width="320" caption="Di sinilah kami memupuk cinta kami..."][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun