Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Datang Dara, Tinggal Dara

23 Oktober 2011   22:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:35 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Datang dara, tinggal dara seakan begitulah makna persahabatan di antara para kompasianer yang tergabung dalam Desa Rangkat Namun, seakan belum usai juga waktu yang tersedia sejak mereka berkumpul di acara ultah ke-1 Desa Rangkat, mereka masih mengabadikan moment-moment kebersamaan meski hari beranjak siang dan sore pada Minggu (23/10) itu. Terlihat Babeh Helmi sempat menerima "instruksi" lewat SMS sebelum mengabadikan kawan-kawan dari Desa Rangkat, yang hasil jepretannya dapat dilihat di facebook Desa Rangkat. Namun bagaimanapun tetap saja "mojang Priyangan" Moomy harus rela melepas kawan-kawan yang sudah lama menanti siang dan sore demi mencari kata berpisah satu sama lainnya. Termasuk sang photografer Babeh Helmi yang mengemas tripod dan peralatan camera yang telah mengabadikan aktivitas selama Jumat, Sabtu hingga Minggu pagi di Villa Lacitra. Datang dara, tinggal dara....)*1 )*1 fermentasi dari syair sajak Chairil Anwar ( Bisa dilihat kekuatan diksi yang digunakan oleh Chairil dalam menerjemahkan karya Hsu Chih Mo, yang berjudul A Song of The Sea. Berikut sajak terjemahan karya Chairil): DATANG DARA, HILANG DARA “Dara, dara yang sendiri Berani mengembara Mencari di pantai senja, Dara, ayo pulang saja, dara!” “Tidak, aku tidak mau! Biar angin malam menderu Menyapu pasir, menyapu gelombang Dan sejenak pula halus menyisir rambutku Aku mengembara sampai menemu.” “Dara, rambutku lepas terurai Apa yang kaucari. Di laut dingin di asing pantai Dara, Pulang! Pulang!” “Tidak, aku tidak mau! Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu Padaku sampai ke kalbu Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu, Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.” “Dara, dara, anak berani Awan hitam mendung mau datang menutup Nanti semua gelap, kau hilang jalan Ayo pulang, pulang, pulang.” “Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang Ketika senja pasang, ketika pantai hilang Aku melenggang, ke kiri ke kanan Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.” “Dengarkanlah, laut mau mengamuk Ayo pulang! Pulang dara, Lihat, gelombang membuas berkejaran Ayo pulang! Ayo pulang.” “Gelombang tak mau menelan aku Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang, Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.” “Dara, di mana kau, dara Mana, mana lagumu? Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu? Mana, mana daraku berani? Malam kelam mencat hitam bintang-bintang Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya Di pantai, di senja tidak ada dara Tidak ada dara, tidak ada, tidak –

___________________________________________________

DESA RANGKAT menawarkan kesederhanaan cinta untuk anda, datang, bergabung dan berinteraksilah bersama kami (Klik logo kami)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun