Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dua Sahabat yang Berbeda

7 Juni 2011   08:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:46 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_112576" align="alignnone" width="240" caption="Pelukis Wandi di depan Blok M Square, Jakarta Selatan"][/caption] Dua sahabat yang berbeda ini bernama Wandi dan Suryadi. Yang pertama, jelas ia pelukis dan mantan guru di sekolah swasta. Karena dedikasi sebagai guru kurang mendapat apreasiasi,maka ia beralih menjadi seniman yang membuat lukisan diri dengan  pinsil khusus. Sudah banyak tokoh-tokoh nasional yang dilukiskan dan anggota masyarakat yang ingin mengabadikan wajahnya lewat lukisan Wandi. Sudah puluhan tahun ia menggeluti dunia lukis-melukis sehingga namanya dikenal dikalangan seniman. Ia mengatakan, bahwa perubahan kualitas manusia dapat dilakukan melalui berbagai aspek selain jalur melalui jalur pendidikan, antara lain mengasah dan mengembangkan kemampuan olah raga dan seni. [caption id="attachment_112577" align="alignnone" width="240" caption="Presiden Soeharto dan Ibu Tien dalam lukisan karikaturnya"][/caption] Lain Wandi, lain pula Suryadi yang jelas sulit diklasifikasikan apa yang menjadi core jobnya. Ia menjelaskan sebagai kakak kelas SBY saat di Sekolah Dasar, Pacitan. Kritikannya mengenai anak jalanan yang kerjanya mengamen di jalanan sangat keras. Ia mengatakan, bahwa anak jalanan tersebut adalah buah kemalasan diri yang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Bahkan meski ditampung sekalipun di rumah singgah, anak jalanan tetaplah anak jalanan. Semua bisnis hampir diterjangnya, mulai membangun gedung,membuat patung, hingga menyopir pun bila perlu ia lakukan. Karena sikap inilah, ia mengritik tajam  anak jalanan dianggap sebagai buah kemalasan diri sendiri yang tidak mau merubah nasibnya. "Menjadi petani atau transmigran, kek,"katanya. Saat ditanya, apaka Suryadi berniat membantu Komunitas Anak Jalanan untuk mendapat pelatihan seni, justru Suryadi menolak. Ia beralasan sudah terlalu sibuk dan tidak punya waktu. [caption id="attachment_112582" align="alignnone" width="240" caption="Suryadi: Nasib bisa dirubah bila rasa malas dihilangkan"][/caption] Wandi sudah pernah melakukan atau berbuat untuk orang banyak dengan cara mengajar di sekolah. Sedangkan Suryadi, banyak mengritisi kekurangan berdayaan anak jalanan, namun ogah menjadi guru atau instruktur atas kemampuan multi talenta yang dimiliki. Hidup ini sudah pahit, Jenderal!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun