Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sutan Pangeran Menilai Jimly Asshiddiqie

27 Agustus 2010   13:54 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:40 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ternyata, nilai tinggi dalam seleksi menjadi ketua KPK belum  menjadi ukuran kelulusan seseorang. Dimata  Panitia Seleksi Calon Pimpinan KPK, Jimly Asshiddiqie belum pantas untuk diluluskan sampai tahap akhir sebelum diajukan ke DPR. Setidaknya, pengakuan Ketua Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Patrialis Akbar mengatakan begitu. Pansel tidak sependapat dengan pemikiran Jimly. Akhirnya, atas pertimbangan tersebut, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) tersebut DO (drop out).

Patrialis memuji Jimly yang sangat kekeuh hanya ingin menjadi  ketua KPK saja bukan hanya sebagai anggota, dengan alasan bila hanya menjadi anggota ia tidak bisa melakukan perubahan.

Menurut Patrialis, selama proses seleksi, mulai dari seleksi administrasi, pembuatan makalah personal dan kompetensi, nilai-nilai Jimly cukup memuaskan dan tergolong tinggi.  Menurutnya, kemampuan Jimly luar biasa dan hebat sekali dengan skor nilai  tinggi terus. Namun, meski  cita-cita Jimly sangat mulia, sayangnya Pansel tidak sependapat dengan pemikiran Jimly.(Ada apa ini?)

Semua itu dikatakan Ketua Pansel KPK Patrialis Akbar seusai menghadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (27/8/2010).  Pansel lebih berkenan memilih Ketua Komisi Yudisial Busyro Muqoddas dan pengacara pimpinan KPK Bambang Widjojanto sebagai calon pimpinan KPK yang akan diserahkan ke DPR.

Tahukah anda semua  kenapa Jimly tidak terpilih: ia dinilai terlalu narsis !

Sutan Pangeran menilai: Selama menjadi Ketua MK seakan ia menjadi orang pintar sendiri di tubuh MK. Sering berkata bernada guyon dalam persidangan yang berkesan meremehkan pihak prinsipil di ruang sidang.  Banyak membuat buku,tapi tidak mendorong koleganya menulis buku selama menjabat sebagai Ketua MK. Lihat saja buktinya, pada saat ia kalah oleh Machfud MD dalam pemilihan Ketua MK pada periode berikutnya, ia memilih mengundurkan diri karena tidak menerima mengalami "degradasi". Nah, kali ini Jimly bertemu dengan Pansel yang juga berasal dari kaum narsis--atau setidaknya mendapat "titipan" dari bos narsis.

Bung Jimly,...maafkan aku baru bisa bales sekarang!

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun