Mohon tunggu...
Sutan Pangeran
Sutan Pangeran Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bersahabat

WhatsApp 0817145093

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tesi Ditangkap, BNN Kudu Diaudit atau Dibubarkan Saja?

30 Oktober 2014   15:08 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:11 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Satu lagi pelawak Srimulat tertangkap tangan saat menikmati Sabu-sabu. "Mati saja aku, mati saja aku" keluh Tesi alias Basuki saat kereta dorong membawanya masuk ke kamar pemulihan di RS Polri Kramat Jati. Tesi merupakan rangkaian keberhasilan polisi dalam menangkap para pelaku penikmat madat dari kalangan artis. Pilihan artis selain seks bebas, memang madat adalah pilihan menarik lainnya.

Yang menjadi pertanyaan, apakah selama ini keberadaan Badan Narkotika Nasional (BNN) sudah efektif? Badan di luar penegak hukum resmi seperti polisi dan jaksa ini hendaknya dipertanyakan manfaatnya. Sampai sejauh mana efektivitas BNN dalam menurunkan kejahatan di bidang madat? Anggaran BNN tahun 2014 memang hanyalah Rp.780 miliar, atau turun Rp.220 miliar dari tahun sebelumnya.Bila prestasinya hanya menangkap para artis pemakai narkoba seperti Doyok,Polo, Tesi, Raffi Ahmad dan lainnya, mana prestasi menangkap gembong pemroduksi dan pengedarnya? Jangan hanya kepada pemakai saja penegakan hukum dikenakan.

Keberadaan Kementrian Pembangunan Manusia dan Kebudayaan yang dipimpin Puan Maharani menjadi batu ujian, apakah mampu untuk menurunkan kasus kejahatan madat? Demikian pula, Kementrian Olahraga, dan Kementrian pendidikan serta Kementerian Agama. Rasanya, birokrasi yang ada saat ini hanya dipenuhi dengan tugas-tugas yang tidak menyentuh perubahan watak manusia hedonis di tanah air. Begitu banyak aktivitas Kementrian olah raga hanya menargetkan prestasi olah raga, bukan perubahan manusia terhadap hidup sehat, jujur sportif dan bermasyarakat. Demikian pula kementrian pendidikan, hanya memacu pada prestasi akademik bukan kepada perubahan mental mendasar. Banyak orang-orang berada dan intelektuil masih saja suka membuang karcis tol yang baru saja dibelinya. Menjadi pembuat pesing di sekitar terminal para sopir yang enggan ke WC, padahal pasti ada  di sekitar terminal bila sang sopir ingin mencari dan mengeluarkan ongkos WC. Masih banyak lagi perubahan mental bangsa ini yang harus dibenahi. Apakah ini dapat dipertanyakan atas janji dari Presiden Jokowi yang mempunyai konsep Revolusi Mental?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun