Mohon tunggu...
HG Sutan Adil
HG Sutan Adil Mohon Tunggu... Sejarawan - Pemerhati dan Peneliti Sejarah dari Sutanadil Institute

Pemerhati dan Penulis Sejarah, Ekonomi, Sosial, Politik. Telah menulis dua buku sejarah populer berjudul Kedatuan Srivijaya Bukan Kerajaan Sriwijaya dan PERANG BENTENG, Perang Maritim Terbesar Abad 17 dan 19 di Palembang. (Kontak 08159376987)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peran "Uluan" Saat Terjadi Konflik di Kesultanan Palembang Darussalam

29 Juli 2024   07:00 Diperbarui: 29 Juli 2024   08:24 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran "Uluan" saat terjadi konflik di Kesultanan Palembang Darussalam

Oleh : Gustavo Muaraqel

Uluan adalah sebutan untuk daerah awal atau hulu dari aliran Sungai Batanghari Sembilan yang sungai utamanya terdiri dari; Sungai Ogan, Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai Lakitan, Sungai Kelingi, Sungai Bliti, Sungai Rawas, dan  Sungai Batanghari Leko, serta banyak lagi sungai kecil lainnya yang semuanya bermuara ke Sungai Musi di Kota Palembang. 

Daerah Uluan yg merupakan Hulu dari Jaringan Sungai Batanghari Sembilan // Sumber : Sutanadil Institute
Daerah Uluan yg merupakan Hulu dari Jaringan Sungai Batanghari Sembilan // Sumber : Sutanadil Institute

Wilayah ini dalam sistem kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam disebut sebagai wilayah Sindang, yaitu wilayah daerah perbatasan dengan Bengkulu dan Jambi (Minangkabau) seperti; Kikim, Gumai Ulu, Gumay Talang, Gumay Lembak dan Mulak, Ampat Lawang, Rejang, Kisam, kelingi, Rawas dan lainnya yang bertugas menjaga perbatasaan tersebut, dikarenakan wilayah ini jauh dari ibukota Palembang.  Penduduknya saat itu dibebaskan dari semua beban pajak atau setoran kepada Kesultanan Pelambang Darussalam dan hanya diwaktu tertentu diawajibkan untuk melapor ke Keraton Kuto Besak di Ibu Kota Palembang.

Saat terjadi Perang Benteng, yaitu terjadinya lima (5) kali perang maritim besar di abad 17 dan 19 di Palembang, penduduk Sindang ini juga sangat berperan besar dalam membantu perang tersebut dan  membuat benteng-benteng pertahanan di Pulau Borang, Pulau Kemaro, Plaju, Bagus Kuning, Kurungan Nyawo  dan tempat-tempat strategis lainnya, dengan mengirimkan tenaga dan material yang dibutuhkan untuk membuat dan merevitalisasi benteng-benteng tersebut.

Akibat terjadi dualisme kepemimpinan di Kesultanan Palembang Darussalam sekitar tahun 1812 M sampai dengan 1813 M dan adanya campur-tangan kolonialis Inggris sebagai efek dari Perang Benteng ke-2, Sultan Mahmud Badaruddin Pangeran Ratu (SMB II) dimakzulkan dari kekuasaannya dan terpaksa mengasingkan diri ke Uluan di Di Dusun Pulau Panggung di Kecamatan Muara Kelingi dan Dusun Muara Rawas yang sekarang berada di Kecamatan Sanga Desa, Kabupaten Musi Banyuasin. 

SMB II berada disana sekitar satu setengah tahun untuk mengkonsolidasikan kekuatan dalam melawan adiknya, Sultan Ahmad Najamuddin (SAN II), yang dinobatkan sebagai sultan pengganti oleh Kerajaan Inggris dan mendapatkan kekuasaan di sebagian Pulau Bangka sebagai imbalannya.

Sultan Mahmud Badaruddin Pangeran Ratu Atau SMB II  // Sumber : Sutanadil Institute
Sultan Mahmud Badaruddin Pangeran Ratu Atau SMB II  // Sumber : Sutanadil Institute
 

Setelah dari Pulau Panggung dan sebelum ke Muara Rawas, SMB II sempat bertahan dan membuat benteng pertahanan di Dusun Buaya Langu/Bailangu (bagian hilir Kota Sekayu sekarang). Namun Kerajaan Inggris dan armada kapalnya terus memburu SMB II dan menyerang benteng pertahanan Bailangu tersebut. 

Terjadilah perang hebat disana yang mengakibatkan tertembaknya, Kapten R Meares, pimpinan armada perang Kerajaan Inggris saat itu, dan akibatnya armada tersebut kembali ke Ibukota Palembang. Untuk keamanan selanjutnya, SMB II dan rombongan melanjutkan perjalanan pengasingannya ke Dusun Muara Rawas.

Di Muara Rawas, SMB II atau selanjutnya dikenal sebagai Sultan Ulu, mendirikan Benteng Pertahanan dengan persenjataan lengkap saat itu dengan dibantu oleh Laskar Melayu, yaitu para  pejuang dan pendatang dari Minangkabau dan Kerinci, yg selama ini banyak membantu kesultanan dalam menjaga keamanan di perbatasan dan juga dalam bidang perdagangan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun