BENARKAH... BENTENG KUTO BESAK DAHULUNYA ADALAH KERATON..?
Oleh : HG Sutan Adil
Pertanyaa diatas timbul disaat ada diskusi mengenai hari jadinya Benteng Kuto Besak (BKB) disebuah grup WA yang dianggag oleh seorang anggotanya bahwa tanggal 21 Peberuari 1797 adalah hari jadinya Benteng tersebut yang merupakan "Benteng" yang dibangun oleh pribumi dan bukan dibangun oleh kolonial Belanda.
Saat itu penulis memberikan sedikit koreksi bahwa sebenarnya BKB itu dulunya adalah sebuah "Keraton" milik Kesultanan Palembang Darussalam yang dibangun oleh Sultan Palembang dan diresmikan pada tanggal 23 Syakban 1211 Hijriah dan jika dikonversi ke penanggalan masehi menjadi hari Senin, tanggal 20 Pebruari 1797, sehingga hari senin tanggl 20 Pebruari 2023 lalu, menjadikan Keraton tersebut sudah berumur 226 tahun.
Sangat disayangkan memang penjelasan penulis saat itu ditanggapi "Sinis" oleh seorang anggota WA tersebut, dengan menyebut bahwa jika ingin paham tentang Kuto Besak silahkan bertanya kepada dia atau kepada ahli arkeolog yang telah dia sebutkannya dan jika tidak puas akan disalurkan ke narsum yang lebih berkompeten.
Sepertinya Anggota WA tersebut merasa paling paham dan mungkin karna dia merasa seorang koordinator komunitas "Pencinta" cagar budaya di Palembang, sehingga merapa paling paham dan merasa orang lain tidak lebih paham dari dia. Tindakan pelecehan ini bukanlah tindakan pertama kali yang dilakukan oleh seorang anggota WA ini, dan kembali menyebut yang dia merasa paling paham sejarah Palembang.
Penulis saat itu sebenarnya hanya mau memberikan sedikit koreksi dan sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh admin grup WA tersebut atas usahanya yang telah membuat sebuah ucapan selamat ke 226 atas berdirinya BKB ini. Untuk selanjutnya diharapkkan semua pihak dapat memahami sejarah BKB dengan apa adanya dan selanjutnya mengapa keraton disebut Benteng.
Berdasarkan literasi yang ada bahwa disaat Kesultanan Palembang Darussalam berkuasa, yang dipakai dalam pencatatan kalender adalah berdasarkan Kalender Hijriah dalam banyak literasi yang dibuat dan dalam tulisan Arab Melayu, sehingga hal inilah yang menjadikan seringkali terjadi kekeliruan dalam mengkonversinya menjadi Kalender Masehi saat penulisan sejarah saat ini. Seharusnya hal ini tidak perlu juga dijadikan permasalahan dan harusnya dilakukan penelusuran ulang saja.
William Thorn, seorang serdadu Kerajaan Inggris, telah membuat sketsa peta jantung Kota Palembang pada 1812, dan dicatat dalam bukunya  "The Conquest of Java" yang terbit pada tahun 1815. Dalam buku tersebut Thorn juga membuat denah lengkap dan detail keraton Kesultanan Palembang.