Mohon tunggu...
Amalia Sustikarini
Amalia Sustikarini Mohon Tunggu... -

pengajar dan pembelajar. sedang menempuh studi di New Zealand

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sehatlah Jiwanya, Bangunlah Badannya (Sekelumit Permasalahan Kesehatan Jiwa di Indonesia)

4 Januari 2012   20:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:19 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ada yang tahu kalau tanggal 10 Oktober  adalah Hari Kesehatan Jiwa Nasional? Mungkinbelum banyak yang tahu, saya juga tahunya baru-baru saja kok. Seberapa paham ya kita kira-kira dengan permasalahan kesehatan jiwa ini? Apakah di level menyebut orang-orang yang berkeliaran di jalan dengan “orang gila” or somehow, make fun of them? Atau sudah sebaik pemahaman para psikiater yang memang belajar tentang hal ini? Kalau saya mungkin ada di tengah-tengah, sudah lebih jauh memahami, namun tentunya belum seperti layaknya dokter ahli jiwa.

Gangguan jiwa sendiri bermacam-macam jenisnya. Yang bisa dikategorikan ringan misalnya depresi. Saat kita bawaannya sediiih melulu, sama sekali gak ada semangat ngapa-ngapain, nangis gak brenti-brenti.Lalu es krim coklat atau tas kipling lucu yang biasanya jadi incaran lalu tak terlihat menarik lagi, itu adalah tanda depresi.  Ada juga yang namanya gangguan bipolar,yang ditandai dengan perubahan mood yang sangat ekstrim, dalam satu saat bisa merasa depresi seperti yang saya sebutkan tadi, namun di lain saat bisa riang gembira berseri-seri sepanjang hari tak henti-henti bagaikan bunga melati mewangi.

Kalau yang doyan nonton serial TV,pasti akrab dengan tokoh Monica dan detektif Monk.Kedua tokoh itu mengalami gangguan yang disebut obsesif kompulsif, jadi terobsesi dengan sesuatu dalam kadar yang ekstrim, dan suka mengulang-ulang suatu perbuatan. Seperti Monica yang sangat freak terhadap kerapian atau Monk yang sangat takut terhadap segala kuman dan bakteri sehingga selalu mencuci tangan berkali-kali, mengelap pintu dan lain-lain.

Di level yang agak berat adalah schizophrenia. Yang sering anda lihat di jalan-jalan kebanyakan adalah mengalami gangguan jiwa jenis ini. Gejalanya terkadang sama dengan gangguan bipolar, ada mood swing yang ekstrim,namun yang paling khas dari schizophrenia ini adalah adanya waham (delusion) yang menetap. Waham adalah kepercayaan terhadap suatu hal yang tidak lazim untuk situasi “normal”. Misalnya, merasa menjadi nabi, wali bahkan Tuhan (waham jenis ini biasanya termasuk dalam mesianisme, ybs merasa menjadi juru selamat yang akan menyelamatkan dunia dan seisinya).Ada juga waham “kebesaran”atau grandiosis. Hampir sama dengan mesianisme, tapi biasanya yang berkaitan dengan “dunia”.seperti merasa jadi Raja Majapahit, presiden, si pitung atau superman. Jadi kalau anda melihat ada ODGJ berjalan-jalan dengan memakai kaos robek di punggungnya, bisa jadi dia merasa menjadi superman dari planet krypton yang akan bertemu Lois Lane.

Sedihnya, khususnya di Indonesia, penangangan ODGJ ini masih pelik. Makanya masih banyak ODGJ yang kita temukan berkeliaran di jalan. Perawatan di RSJ milik pemerintah atau panti-panti sosial pun sangat menyedihkan kondisinya. Atau sering kita dengar bagaimana mereka, khususnya di pedesaan, masih banyak yang harus dipasung, karena keluarganya benar-benar sudah tidak tahu bagaimana cara merawat mereka. Dengan sistem jaminan kesehatan kita yang masih kembang kempis ini, gangguan jiwa yang membutuhkan proses lama penyembuhannya menjadi lubang yang belum terperhatikan secara baik. Berbeda dengan penyakit fisik, gangguan jiwa tak hanya memerlukan obat-obatan,namun juga terapi kejiwaan oleh para psikiater. Sekarang di puskesmas-puskemas, biasanya yang ada ada adalah dokter umum dan dokter gigi, psikiater biasanya ada di RSUD dan jumlahnya terbatas.  Obat-obatan untuk ODGJ ini juga cukup mahal. Ada yang namanya golongan Atypical, yang banyak dikeluhkan oleh mereka karena efek sampingnya yang gak enak. Membuat mereke tidur terus seharian,makan melulu dan merasa “tertahan”. Efek tertahan ini memang yang dimaksudkan untuk mengerem para ODGJ ini dari melakukan hal-hal yang membahayakan, namun efek sampingnya itu banyak yang membuat mereka kemudian malas melanjutkan pengobatan. Sebenarnya ada golongan obat-obatan baru yang non Atypical, namun harganya masih sangat mahal. Ada satu jenis obat yang satu butirnya sekitar 50 ribu rupiah,glek. Mungkin sekarang sudah turun, saya nggak tahu. Yang jelas,obat-obatan ini pasti tidak mampu dibeli oleh saudara kita dengan kondisi ekonomi lemah.

Lalu bagaimana kira-kira menghadapi masalah ini? Sambil menunggu dengan sabar ataupun kurang sabar pemerintah mengadakan perbaikan sistem jaminan kesehatan kita,atau memperbanyak kehadiran psikiater di pelosok-pelosok,  ada beberapa hal yang dapat kita lakukan. Yang pertama adalah jauhkan stigma terhadap mereka, sama seperti seruan untuk menjauhkan stigma terhadap ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Mereka adalah manusia, saudara kita, dan patut mendapatkan perlakuan yang baik. Gangguan jiwa ini juga bisa menyerang siapa saja, tak peduli usia (walau rata-rata kemunculan pertama adalah pada masa remaja), tak peduli status sosial ekonomi, gaya hidup, kadar religiusitas dll. Ini bisa terjadi kepada artis korea bening kinyis-kinyis yang kemudian bunuh diri secara tragis,namun bisa juga terjadi kepada perempuan sederhana, ibu dari beberapa anak (yang mencoba membunuh anaknya dan lalu bunuh diri itu), yang adalah perempuan religius berkerudung panjang. Jadi sebal sekali saya kalau ada yang main tuduh “kurang beriman itu orang” kalau ada kasus orang yang menderita ganggguan jiwa.

Kemudian, lalukan pencegahan. Mulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat kita. Mulai merasa luar biasa  tertekan akan suatu atau beberapa hal? Jangan dipendam,talk it out dengan orang yang kita percaya, bisa jadi teman, guru ngaji, pendeta, atau sekalian psikolog atau psikiater, Semakin cepat tertangani, semakin baik. Penyebab gangguan jiwa ini masih belum ada sebab tunggalnya, masih multifaktor, beberapa diantaranya adalah genetik, adanya kelainan hormonal di otak, kerusakan sistem syaraf, faktor lingkungan (tekanan pekerjaan,perubahan lingkungan yang drastis, kehilangan atau tertimpa bencana, pola asuh keluarga dsb) dan juga kepribadian. Orang dengan kepribadian introvert akan lebih besar resiko terkena gangguan jiwa daripada yang terbuka, supel dan periang.  Untuk sebab genetik, coba anda ingat-ingat atau tanya-tanya apakah ada dari garis keluarga anda atau pasangan yang terkena gangguan jiwa. Kalau iya, mungkin ada dapat lebih waspada terhadap anak-anak anda. Ingat, waspada tidak sama dengan paranoid ya. Lakukan tindakan preventif, seperti lebih meperhatikan kondisi psikologis anak anda dan tak ada salahnya menjadikan konseling dengan psikolog anak menjadi hal rutin. Hindarkan pola asuh penuh tekanan dan pertentangan. Kita memang tak akan bisa melindungi anak kita dari”kejamnya” dunia luar,namun berikanlah oase ketenangan saat dia di rumah, bukankah home is where the heart is? Cintai anak anda, berikan suasana keceriaan dan keterbukaan.Tak apa mereka sesekali melihat perselisihan ayah dan bunda,tapi berikan keterangan dan contoh nyata bahwa hal tersebut bisa diselesaikan dengan baik, tanpa melibatkan suara keras, teriakan atau piring terbang. Bahkan apabila di keluarga anda tak ada garis keturunan gangguan kejiwaan, pola asuh sperti ini akan lebih positif bagi perkembangan anak kita kan? Seperti halnya penyakit dengan garis keturunan seperti diabetes, penyakit itu tidak akan keluar apabila tidak ada trigger factornya.

Peranan keluarga pun sangatlah penting. Memang sangat melelahkan apabila kita memiliki salah satu anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Lelah dan mungkin hancur hati rasanya, apalagi bila ia tadinya adalah seorang yang kita bangga-banggakan bagaikan bulan bintang (penderita gangguan jiwa banyak yang memiliki kecerdasan diatas rata-rata). Saya pernah membaca sebuah buku tentang penangangan ODGJ di satu negara Afrika. Pasien tersebut dianggap kemasukan roh jahat (dan ini juga menjadi salah satu kepercayaan cukup kuat di Indonesia) Lalu setiap malam,pasien tersebut mendapat ritual dibaca-bacakan mantra gitu deh orang keluarga dan orang-orang di desa. Ternyata dia kemudian menunjukan perkembangan yang cukup baik. Para psikiater menjelaskan bahwa itu terjadi akibat ada interaksi sosial yang kuat antara si pasien dengan keluarga dan komunitas. Gak tahu juga kalau terus memang roh jahatnya memang pergi ya, bidang saya bukan disitu sih J.Hal ini sebenarnya berkaitan denga pola hidup individualistis yang makin menjangkiti manusia modern. Miris kan kalau kita dengar ada beberapa kali peristiwa bunuh diri orang lompat dari mall-mall di jakarta itu? Betapa simbol kapitalisme-konsumerisme yang hiruk pikuk itu tiba-tiba berbenturan dengan kekosongan jiwa yang tak tertahankan lagi?

Saya yakin bahwa setiap penyakit ada obatnya, namun memang untuk gangguan jiwa, prosesnya memang lama dan membutuhkan kesabaran. Kalaupun tidak tersembuhkan total,apabila mendapat penanganan yang tepat, mereka akan tetap mampu menjalankan fungsi sosial secara cukup baik. Nonton The Beautiful Mind gak? Film yang bikin saya nangis bukan terisak lagi, tapi tersedu sedan. Film peraih Oscar tsb didasarkan pada kisah nyata John Nash, peraih nobel bidang ekonomi  yang mengalami schizoprenia. Kejeniusan dan obsesinya terhadap angka mendapatkan jalannya saat ia akhirnya mengajar di Pricenton,walau harus melewati perjuangan melawan penyakitnya tersebut di beberapa rumah sakit jiwa, melawan waham yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang agen rahasia. Jim Carrey,comedian itu juga menderita gangguan bipolar, namun mood hypernya justru mengantarkannya berakting total untuk beberapa filmnya. Masih banyak contoh lain, yang berani membuka kondisi kejiwaannya tersebut dan menyampaikan pesan bahwa mereka bisa menjalani dan menghadapinya.

Mari sehatkan jiwa kita, bangunkan badan kita, untuk mengejar cita-cita dan menggapai hidup bahagia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun