Mohon tunggu...
susteryohani
susteryohani Mohon Tunggu... Mahasiswa - biarawati

Tuhan adalah andalanku

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kesabaranku yang Diuji

22 Mei 2024   21:41 Diperbarui: 22 Mei 2024   21:53 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tepat pada hari senin di tempat dimana kami berkarya, saat itu saya mengerjakan tugas untuk berkebun . saya dengan serius dan berusaha memberi yang terbaik, meski saat itu juga kesabaran saya diuji karena teman saya yang ikut dengan saya asik dengan kegiatannya sendiri. muncul rasa jengkel dan mau marah rasanya, karena tidak ingat tugas utamanya. saya dengan diam dan terus berkebun sampai selesai dan saat saya melihat teman saya itu, saya mendiaminya, tetapi hati kecil ku berkata jangan itu tidak baik, maka saya berusaha untuk tersenyum dan berbicara meski sebenarnya dalam hati sangat kesal.

 ketika saya selesai mengerjakan tugas saya, saya bersiap-siap untuk menenangkan hati dan pergi untuk berdoa. saat selesai berdoa, kesabaran saya di uji lagi, ternyata saat berkebun ada kesalahan yang telah saya buat, dimana saya dikatakan tidak serius untuk mengerjakan itu semua. saya kesal dan jengkel dan tidak terima perkataan itu dan bahkan saya dipermalukan di depan umum meski tidak tertuju langsung tetapi semua orang tahu bahwa saya kerja di tempat itu. mendengar itu saya hanya tersenyum dan menguatkan hati saya, saya berusaha untuk satabil saat itu dan berdiri tegak seakan bukan punya saya. 

akan tetapi karena keterbatasan sebagai manusia yang tidak sempurna, ternyata masalah itu belum selesai didalam hati saya. saya marah dan tidak terima perkataan itu, karena dengan serius dan berusaha melakukannya tetapi justru sebaliknya dikatakan seperti itu. saya menangis dan muncul rasa untuk tidak ikut berkebun. saya kecewa bagi saya tidak apa-apa di tegur tetapi dengan cara seperti itu membuat saya jengkel. kemarahan yang saya alami terus-terus mengikat saya dan bahkan menguasai diri saya untuk berhenti dari setiap kegiatan. maka saya menceritakan kepada ibu saya bahwa atas kejadian yang saya alami itu. dengan berkobar-kobar saya katakan, lalu ibu saya berkata tidak usah mara dengan itu akan tetapi kamu harus belajar untuk tidak mengulanginya lagi.saya berkata saya akan berbicara dengan orang itu atas apa yang telah ia katakan. lalu kata ibu saya lagi boleh tetapi untuk mengatasi itu lagi kamu harus perlu berbicara dengannya sebelum memulai pekerjaan, katakan apa yang kamu lakukan. semua perlu untuk berbicara.

mendengar itu saya tersadar segala sesuatu harus diterima dengan hati terbuka mski itu membuat kekesalan dalam diri dan tidak perlu pesimis melaikan belajar dan buktikan kepadanya bahwa yang dikataan itu tidak benar dengan itu lakukan lagi dengan baik. berusahalah melakukan yang terbaik meskipun bagi orang lain itu kurang menyenangkan., tetapi perlu diingat kehadiran mu bukan untuk menyenangkan hati orang tetapi maelakukan suatu pekerjaan itu bukan untuk untuk manusia melainkan untuk Tuhan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun