Mohon tunggu...
Asmara Ku
Asmara Ku Mohon Tunggu... -

Santai aja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Resensi Album Republic of 2PM

13 Januari 2012   19:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akses kpop kini semakin banyak di Indonesia. Selain konser yang mulai sering (tercatat tahun 2011, ada empat konser kpop besar diadakan di Jakarta), album produksi lokal dan legal mulai banyak dijual di toko CD dengan harga terjangkau. Bahkan ada beberapa album kpop ini (Salah satunya Fact & Fiction-nya Beast) berhasil menjadi produk terlaris di salah satu retail CD terbesar di Indonesia.

Tak lama setelah 2PM tampil di Jakarta, album mereka pun membanjiri toko-toko kaset. Selain album korea mereka, Hands Up, album terbaru mereka dalam berbahasa Jepang, Republic of 2PM juga beredar.

Yang menyenangkan dari album ini adalah usaha JYP untuk membuat musik 2PM untuk album berbahasa Korea dan Jepang agak berbeda. Musik dalam Republic of 2PM terdengar lebih hip. Detail musiknya tidak terlalu “menor” dengan penambahan efek suara demi arasemen yang lebih dinamis. Hasilnya, fokus lagu pun pada vokal Chansung, Wooyoung, Junsu, Junho, Nichkhun dan rap Taecyon.

Junsu pun kembali menunjukkan dirinya sebagai anggota 2PM yang paling andal dalam urusan menulis lagu. Hanarete Itemo (Even If We Are Apart) ditulis dan dikomposisinya sendiri.

Satu hal unik album kpop yang masuk di sini adalah lisensi dipegang perusahaan rekaman di sini hanya per produk, bukan artis. Ilustrasi, berhubung Justin Bieber dikontrak oleh Universal Music, maka otomatis seluruh albumnya pun beredar di bawah Universal Music. Sedangkan produk kpop melakukan teknik dagang berbeda. Hampir semua artis manajemen di Korea (kecuali Cube Entertainment, yang mengikat kontrak ekslusif dengan Universal Music Group untuk peredaran album artis-artis mereka di seluruh dunia) menggunakan makelar untuk melisensikan per album setiap artis. Hasilnya, album artis atau grup bisa saja diedarkan oleh berbagai perusahaan rekaman. 2PM, misalnya. Album mereka yang berbahasa Korea, Hands Up, diedarkan oleh Warner Music Indonesia, sedangkan yang berbahasa Jepang, Republic 2PM, oleh Sony Music Indonesia.

Yang agak tidak menyenangkan dari mengoleksi karya artis kpop yang juga berkiprah di Jepang ini adalah terjadipengulangan lagu dalam dua album yang diedarkan dalam kurun waktu berdekatan. Buat saya yang murni menikmati musik enak karena tidak mengerti bahasa Korea ataupun Jepang, mendengar “pengulangan” ini terasa membosankan. Yang berbeda hanya lirik, aransemen musik tidak berubah. Sepertiga materi Republic of 2PM yang merupakan materi “lama” dari dua album 2PM berbahasa Korea sedikit agak menurunkan emosi saat menikmati keseluruhan lagu.

Secara keseluruhan album ini album yang menyenangkan untuk dinikmati.

(Kredit foto: Foto dipotret oleh saya sendiri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun