Meski jarang tapi dia masih mengirimkan chat kepadaku. Tekadang juga masih mengomentari storyku. Entah cuma basa basi atau memang benar-benar peduli padaku. Curiga, cemburu sudah lama kubuang jauh-jauh.
Aku pernah sangat terpuruk karena "sesuatu" yang pernah terjadi diantara kami. Hampir kehilangan waras. Namun pada akhirnya aku berusaha untuk bangkit kemudian menerapkan prinsip : "Dekati yang mendekatimu, jauhi yang menjauhimu". Cukup simpel bukan?
Entah kau menyadari atau tidak atas perubahan yang ada pada diriku. Tapi aku tak mau lagi dikuasai cemburu dan curiga yang menguras hati. Aku sudah tak mau mempermasalakan jika dalam sehari tak ada kabar darinya.
Aku tak mau lagi menjadi tukang ngambek yang sering dia julukkan kepadaku. Chat aku tanggapi sekenanya. Intinya aku tak mau lagi diperbudak oleh perasaanku sendiri.
Akhir-akhir ini dia jarang mengirim chat. Itu tak lantas membuatku memasang jurus ngambek seperti biasanya. Apakah dia mencoba mengujiku???
Tapi jangan pernah berpikir bahwa aku akan mengambil inisiatif duluan untuk menyapanya. Sekali lagi aku tak mau diperbudak oleh perasaan yang terkadang berada di luar logika.
Aku merasa selama ini terlalu banyak mengalah. Mengikuti setiap alurnya, memaksakan diri untuk mengerti setiap maunya.
Sekarang tibalah saatnya aku menjadi diriku sendiri. Tibalah giliran dimana dirinyalah yang harus mengikuti alurku. Mencoba cuek. Aku cuma ingin mengajarinya bagaimana konsep menerima dan memberi yang seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H