Novel ini menyuarakan penderitaan para perempuan Sumba korban tradisi kawin tangkap. Kawin tangkap dilakukan dengan menculik seorang perempuan yang akan dijadikan sebagai istri. Tidak peduli bahwa si penculik dan kandidat istrinya tidak saling mencintai, menurut adat mereka harus dinikahkan.
Dian Pranomo mewakilkan jeritan-jeritan para perempuan melalui tokoh Magi Diela. Dia diculik dan menjadi korban tradisi kawin tangkap. Mimpi-mimpinya hancur karena ketidakadilan dalam tradisi ini. Kamu akan diperlihatkan bagaimana Magi Diela melawan adat dan bangkit untuk mewujudkan mimpi-mimpinya kembali.
4. Kim Ji-Yeong, Lahir Tahun 1982
Kim Ji-Yeong adalah anak kedua dari keluarga Kim. Sejak kecil dia diperlihatkan pembedaan perlakuan antara laki-laki dan perempuan. Di rumahnya sendiri, dia dan kakak perempuannya diperlakukan sebagai warga kelas dua sementara ayah dan adik laki-lakinya begitu dimanja.
Semakin dewasa, Ji-Yeong semakin merasakan begitu sulitnya hidup sebagai perempuan di Korea. Apalagi setelah menikah, urusan pekerjaan harus ditinggalkan apabila dia sudah punya anak. Tetapi mengapa semua itu hanya terjadi pada perempuan? Bagaimana dengan laki-laki? Mengapa mereka bebas berkarir walau sudah memiliki keluarga?
Setelah berkeliling dari Bali, Jawa, sampai Sumba, novel kali ini akan menceritakan kisah perempuan kuat lainnya yang berasal dari Korea. Siapa yang menyangka bahwa negara maju yang sedang menjadi tren di Indonesia tersebut memiliki realitas yang memilukan. Masyarakat di sana memperlakukan perempuan sebagai warga kelas dua dalam berbagai aspek kehidupan.
Novel-novel tersebut memiliki kesamaan, yakni menyuarakan isi hati perempuan, memperlihatkan begitu kerasnya masyarakat menentang perempuan dan bagaimana kuatnya perempuan bertahan dan melawan. Semoga novel-novel ini dapat menginspirasimu, ya!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H