Beliau sedikit perlahan mengikhlaskan kepergian teman hidupnya. Banyak orang yang ingin menggantikan posisi sebagai teman hidup, tetapi beliau tetap pada keinginan menemani putri semata wayangnya dan tetap setia kepada teman hidupnya. Status menjanda telah melekat padanya dan menikmati hari-harinya bersama anak dan ketiga saudara kandungnya.
Ibu, orang yang tidak tega jika melihat pedagang tua dengan membawa dagangannya dengan berjalan kaki. Beliau sering meminta berhenti mendadak ketika melihat sosok pedagang tua. Di berikannya selembar uang sembari menanyakan rumahnya. Pedagang harian melewati rumah tampak beberapa hari tidak tampak, Pak Lontong panggilan akrab karena Ibu sering membeli lontong atau yang lain. Ibu langsung mencari informasi tentang keadaan Pak Lontong.
Ternyata beliau mengalami kecelakaan sampai sepeda kayuhnya rusak. Ibu mengajak putrinya dan Kakak tertua menjenguk keadaan Pak Lontong. Selama perjalanan pulang, beliau menceritakan tentang keseharian dan keadaan hidup Pak Lontong. Ibu sudah ketiga kalinya mengunjungi Pak Lontong bersama Bapak naik motor. Ibu juga rela mengambil cuti setahun dari bekerja sampai pensiun, hanya menemani Bapak yang sudah pensiun dan tanpa terkira merawat saat sakit sampai meninggal dunia.
Quote : Kehidupan masih berlanjut, teruslah berjalan. Tengok belakang walau hanya sekadar, namun jangan keterusan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H