Dalam seminggu terakhir dunia perpolitikan Indonesia diramaikan dengan keributan yang menewaskan salah satu kader Gerindra, Fernando Alan Wowor. Fernando adalah pengawal pribadi Prabowo yang masih berstatus mahasiswa disebuah perguruan tinggi di Jakarta. Dalam berbagai momen yang berhasil diabadikan, terlihat kedekatan antara Fernando dengan ketua umum Gerindra tersebut.Â
Penembakan terjadi di area parkir hiburan malam Lipps Club Bogor pada Sabtu 20 Januari 2018. Pelaku penembakan sendiri merupakan seorang anggota Brimob, Briptu AR. Dilansir dari beberapa media, percekcokan terjadi karena kedua belah pihak tidak mau mengalah ketika berpapasan di area parkir Lipps Club. Â Tapi apakah peristiwa tragis yang memakan korban kader Gerindra ini murni tidak berkaitan dengan gejolak politik yang tengah memanas menjelang pemilu presiden di tahun 2019 mendatang?
        Peristiwa penembakan kader Gerindra oleh oknum Kepolisian Brimob bertepatan dengan kondisi rivalitas politik yang tengah memanas di Indonesia. Selain itu, ketegangan antara institusi Kepolisian RI dan TNI sudah lama menjadi rahasia umum. Hubungan kedua institusi negara pasca reformasi dipenuhi dengan ketegangan dan suasan rivalitas, tepatnya sejak TNI dan Polri dipisahkan dari satu payung yakni ABRI. Anggota Polri yang lebih banyak berkonflik dengan TNI adalah Brimob Polri, hal ini bahkan diakui oleh Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jendral Budiman.Â
Ia mengakui bahwa anggotanya seringkali bersitegang dengan pihak kepolisian, secara spesifik anggota brimob. Jika ditilik dari sejarah, konflik antara brimob dan TNI disebabkan oleh sentimen dan ego yang dimiliki masing-masing institusi. Brimob dianggap sangat angkuh dikalangan kepolisian dan kepada TNI karena memiliki persenjataan dan amunisi yang lebih modern dan canggih, bahkan lebih canggih dibandingkan persenjataan yang dimiliki oleh TNI. Hal ini menyebabkan brimob memiliki ego yang sangat tinggi.
        Fenomena penembakan ajudan Prabowo Subianto di Lipps Club kemarin tidak terlepas dari sentimen antara TNI -- Brimob yang telah mendarah daging. Fernando adalah ajudan dekat Prabowo Subianto yang mana merupakan purnawirawan TNI, beliau saat ini adalah tokoh berlatar belakang TNI paling kuat di dunia perpolitikan Indonesia.Â
Pada periode pemilihan umum yang akan datang, diyakini akan menjadi medan pertempuran bagi tokoh-tokoh TNI dan Polri diranah politik praktis. Jika dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, periode ini merupakan periode dimana calon gubernur dengan latar belakang militer dan polisi paling banyak mencalonkan diri. Inilah mengapa tragedi penembakan Fernando oleh oknum brimob tidak dapat dipisahkan dari buntut konflik antara Brimob-TNI terutama menjelang pilkada dan pilpres. Suasana rivalitas semakin tinggi diantara Brimob dan TNI, puncaknya pada Sabtu lalu ketika seorang kader Gerindra ditembak oleh oknum Brimob. Sampai saat ini kita belum bisa menduga siapa tokoh di balik tersangka penembak Fernando. Polisi terlihat mempersulit proses pencarian bukti dan proses pidana bagi tersangka.
        Kentalnya persaingan politik memperkeruh suasana rivalitas antara Polri dan TNI. Semoga tragedi penembakan ajudan Prabowo merupakan buah peristiwa naas terakhir dari persaingan antara TNI-Polri. Selain itu, semoga dugaan kuat bahwa rezim memperalat institusi polisi untuk kepentingan mempertahankan kekuasaan adalah berita bohong semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H