Definisi
Nama semula dari apa yang kita kenal sebagai “hepatitis B surface antigen”(HBsAg), adalah “Australia antigen”. Antigen ini pertama kali ditemukan dalam darah yang diperoleh dari seorang pribumi Australia untuk kepentingan eksperimental. Demikian asal mula Australia antigen, yang saat itu belum diketahui maknanya, ataupun kaitannya dengan hepatitis B.
Penemuan diatas telah diakui sebagai kejadian kejadian bersejarah, karena sejak saat itu berlangsung kemajuan yang amat pesat dalam hal pengertian kita tentang hepatitis B. Identifikasi virus HB struktur, mekanisme replikasi,seroepidemiologi serta kejadian-kejadian dibidang biologi molekuler, sampai keberhasialn produksi vaksin untuk pencegahan terhadap hepatitis B. Hanya dalam waktu 15 tahun sejak ditemukan Australia antigen,sudah dapat tersedia vaksin hepatitis B, yangmungkin juga merupakan pencegah kanker hati pertama.
Virus Hepatitis B
Dalam serum penderita hepatitis B, dibawah mikroskop elektron terlihat tiga jenis partikel: yang bulat kecil 20 nm;bentuk tubulus 20nm;dan panjang 100nm dan partikel Dane 42nm yang lebih kompklek.
Partikel Dane merupakan virus hepatitis B yang lengkap (HBV), sedangkan bentuk bulat kecil dan tubulus adalah protein viral yang kelebihan (HBsAg).
“Core” (inti) pertikel Dane dibentuk oleh nukleus (inti) hepatosit, sedang partikel bulat/tubulus yang lebih kecil diproduksi dalam sitoplasma. “Core” virus mengandung enzimendogenik “DNA polimerase” dan DNA yang spesifik untuk Virus B yang berutas ganda sebagian, merupakan genom HBV. HBV tergolong DNA virus kelas”hepadna”
Bagian core,yang lain juga disebut “nukleocapsid”,juga mengandung 2 antigen lainnya:”core”antigen (HBcAg) dan “e” antigen (HBeAg) yang merupakan protein subunit dari HbcAg.
Sub-tipe HbsAg
partikel HbsAg permukaan mempunyai sifat antigenetik yang komplek yaitu memiliki determinan-determinan antigenetik. HBsAg mengandung suatu “common group determinant” “a”, serta subdeterminan- subdeterminan “d”,”y”,”w”dan “r” karena itu dikenal HBsAg dengan determinan mayor/subtipe “adw”, “adr”, “ayw”,dan “ayr”. Subtipe HBsAg tersebut terkait dengan faktor genetik dan geografik. penentuan sub-tipe pada mengidap HBsAg sangat membantu penelusuran epidemiologis distribusi geografis masing-masing sub-tipe,namun manfaat klinis sedikit. subtipe HBsAg yang dominan di indonesia adalah “adw”.
Penularan
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas penularan
- Konsentrasi virus
- Volume inokulum
- Lamanya kontak/paparan
- Cara bagaimana dan lokasi dimana HBV masuk kedalam tubuh
- Kerentanan individu mengalami penularan
2.2Cara penularan HBV
Penularan infeksi HBV dapat dibagi melalui 3 jalur
- Penularan melalui kulit (pola penularan horizontal)
- Penularan melalui mukosa
- Penularan parinatal ( penularan vertikal )
Cara penularan melalui kulit
Virus hepatitis B tidak dapat menembus kulit yang utuh, maka infeksi HBV melalui kulit hanya dapat terjadi melalui 2 cara sebagai berikut:
- Dengan ditembusnya kulit oleh tusukan jarum atau alat lain yang tercemar bahan infektif(“apparent percutaneous inocculation”)
- Melalui kontak antara bahan yang infektif dengan kulit yang sudah mengalami perubahan /lesi (“inapparent percutaneous innoculation”)
Ternyata bahwa penularan parental yang paling “efektif” adalah penularan melalui jalur intravena, sehingga pengidap resiko tinggi tertular adalah individu yang lingkungann profesinya mencakup kemungkinan terjadinya kontak dengan darah atau produknya, misal pengawas laboratorium, ahli bedah, ahli bedah mulut.
Penularan melalui mukosa
Mukosa dapat menjadi “porte d’entre” infeksi HBV, yaitu melalui: mulut, mata, hidung, saluran makanan bagian bawah, alat kelamin.
Pengidap HBsAg yang juga HbeAg positif(HBeAg adalah indikator untuk adanya konsentrasi tinggi partikel HBV yang utuh dan infeksius ), menunjukan suatu kondisi yang infeksius untuk lingkungan dan sekereta tubuh lainnya juga mengandung banyak partikel HBV yang infektif: saliva , semen, sekereta vagina. Dengan demikian kontak erat antara individu yang melibatkan sekereta-sekereta tersebut dapat menularkan infeksi HBV , misal ciuman (terutama jika ada lesi kecil pada mukosa oral), perawatan gigi yang traumatik dan yang sangat penting secara epidemiologis adalah penularan melalui hubungan seksual.
Penularan parental
Modus penularan secara vertikal yaitu dari ibu hamil yang mengidap infeksi HBV kepada bayi yang dilahirkan, sudah lama diketahui.
Penularan infeksi HBV terjadi saat proses persalinan oleh karena adanya kontak atau paparan dengan sekreta (cairan) yang mengandung HBV (cairan amnion, darah ibu, sekereta vagina) pada kulit bayi dengan lesi (abrasi) dan pada mukosa, dan penularan mungkin juga terjadi oleh karena tertelannya cairan amnion yang mengandung HBsAg oleh neonatus. Hanya sebagian kecil dari penularan vertikal, 5-10%, terjadi pranatal, yaitu transplancental. Penularan vertikal, yang sebagian besar berlangsung perinatal,dapat dicegah dengan pemberian imunoprofilakasis pasif-aktif. Pada neonatus segera setelah lahir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H