Jika kita perhatikan pada akhir Januari 2025 ini sangat marak dengan kegiatan pengajian, di musholla, masjid, Lembaga Pendidikan, hingga institusi pemerintahan. Tepatnya hari ini Senin, 27 Rajab 1446 H atau tanggal 27 Januari 2025 M, merupakan hari libur nasional dalam rangka peringatan Isra' Mi'raj Nabi kita Muhammad, SAW. Hari ini adalah bersejarah nan dipunuhi hikmah bagi umat Islam, hari dimana peristiwa agung Isra' Mi'raj terjadi.Â
Pada hari istimewa ini Yayasan Shalat Center Tulungagung (YSCT) menyelenggarakan Kajian Spesial bersama Ustadz Abdul Aziz (Penulis best seller buku 'Berhaji kepada Allah') bertempat di Musholla Sidratul Muntaha yang terletak di Jalan Wahidin Sudirohusodo, Gang Krisna, Kedungwaru Tulungagung.Â
Acara dimulai tepat pukul 09.00 dengan pengantar dan pembuka oleh Ustadz Zubaitul Ulum (Pembina YSCT), Beliau seolah  membuat gelombang kejut untuk membangkitkan kembali rasa yang seseungguhnya tak terputus sambungannya, namun telah cukup lama tak dipertemukan secara fisiknya. Rupanya rasa rindu dengan saudara seperjalanan ini mendapat ridho Allah, dan dipertemukan pada hari yang sangat istimewa.Â
Sungguh tak terbantahkan, bahwa kerinduan untuk bertemu, saling mendukung, saling menguatkan, bergandengan tangan, berangkulan hati untuk bersama-sama menuju ridho Illahi sangat terlihat nyata. Terbukti jamaah yang hadir diluar perkiraan Panitia, banyak, dan luar biasa antusiasmenya.Â
Mulai detik pertama Ustadz Aziz memegang kendali suasana majelis, jamaah seperti terhipnotis oleh aura spiritula, semangat, dan ketulusan yang dipancarkan oleh Sang Ustadz. Jamaah makin menyatu fokus perhatiannya ketika Beliau menjelaskan tentang 'Awwaluddin ma'rifatullah' dengan verbal yang gamblang disertai ilustrasi untuk mempertajam penjelasan. Jamaah hanya bisa manggut-manggut pertanda apa yang dijelaskan Ustadz bisa diterima dengan pemahaman yang masuk akal.Â
Penjelasan yang sederhana namun manghantarkan kepada pemahaman spiritual yang mendalam, dengan mengetahui, maka seorang akan bisa menyebut namanya, ingat, mencintai, merindu, hingga mengikuti apa yang menjadi perintahnya. Demikian ilustrasi hubungan ma'arifatullah dengan pengamalan ajaran agama.
Para jamaah benar-benar menikmati setiap kalimat hikmah bernilai ajaran spiritual yang dalam dari Ustadz, hingga penjelasan tentang 'Ihsan' pada penghujung majelis. Beliau pertajam, 'Bagaimana bisa 'Ihsan' jika tidak ma'rifatullah? Maka Ma'rifat dulu baru bisa ihsan.' Waktu berjalan kurang lebih 3 jam, tak terasa seakan berputar begitu cepat sehingga terasa singkat. Kehausan spiritual ini bagaikan tanah kering yang sekian lama tak terairi, dengan siraman dari Ustadz terasa begitu sejuk, segar, dan seolah memberi kehidupan baru. Â