Mohon tunggu...
Susilo DJ
Susilo DJ Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Bila Alat Doraemon Jadi Nyata (Bag. ke-1)

12 Maret 2016   05:44 Diperbarui: 12 Maret 2016   09:24 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penumpang sebelah : "Oh, itu tadi, ya. Itu penumpang juga, biasalah, ketinggalan pesawat. Jadinya, ya ngejar pesawat, naik baling-baling bambu. Udah biasa itu, mah. Emang kenapa, mas? Mas nya baru pertama kali naik pesawat jangan-jangan, ya?"

Brian : "Ah, ya ga lah, Mbak. Saya udah berkali-kali naik pesawat, kok. Cuman saya punya penyakit amnesia dan kutu air akut. Jadi, ya, kadang-kadang lupa aja. Saya ga katrok kok, mbak. Hehehe"

Brian masih tidak habis pikir dengan kejadian tadi. Belum selesai Brian berpikir, mbak penumpang sebelahnya berkata, "Saya turun duluan ya, mas". Brian pun terheran. "Turun??? Turun gimana, mbak? Ini masih terbang lho. Bandaranya aja belum kelihatan dari sini", ujar Brian. Wanita yang senyumnya mirip Isyana Sarasvati itu hanya tersenyum, lalu berdiri dan berjalan ke arah pintu.

Setelah sampai di depan pintu, wanita itu berteriak ke arah kokpit. "Kiriiii, Baaaang", teriaknya. Tiba-tiba saja, pintu pesawat terbuka, wanita tersebut memasang baling-baling di kepalanya, lalu WUUUUSHH, dia terjun keluar pesawat. Brian pun terperanjat, matanya terbelalak, dan mulutnya menganga seperti singa yang mau disuapi lele bakar.

"Jangan tinggalkan aku, mbak Isyana!", teriak Brian dalam hati. Lalu, Brian mengalihkan pandangannya ke luar jendela pesawat dan mulutnya menganga semakin lebar. Dia melihat wanita tadi, menggunakan baling-baling bambu, terbang dengan gaya kupu-kupu malam menuju rumahnya.

Selama satu jam setelah fenomena lompat indah tadi, mulut Brian masih belum berhenti menganga. Kenapa? Karena satu per satu penumpang di pesawat itu melakukan hal yang sama. Mereka berdiri di depan pintu, berteriak ke arah kokpit, memasang baling-baling bambu di kepalanya, lalu melompat keluar pesawat.

Persis seperti wanita yang mirip Isyana tadi. Bedanya hanya pada gaya terbangnya. Mereka terbang dengan gaya khasnya masing-masing. Ada yang terbang dengan gaya kunyuk melempar buah, gaya koruptor kabur dari lapas, gaya katak di musim kawin dan gaya-gaya khas lainnya.

Akhirnya, pesawat pun sampai di bandara. Seperti yang sudah diduga, Brian adalah satu-satunya penumpang yang tersisa di pesawat itu. Brian pun turun dari pesawat dan sadar bahwa dia adalah satu-satunya penumpang yang turun di bandara pada hari itu, tanpa baling-baling bambu, dan menjadi penumpang ter "katrok".

(bersambung ...)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun