Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Membangun Kualitas Kesehatan Reproduksi dan Mental Remaja Indonesia

22 Juli 2016   20:38 Diperbarui: 24 Juli 2016   06:32 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika membahas tentang reproduksi remaja maka tidak bisa dilepaskan dari pendidikan seks. Waktu terus berjalan dan memang banyak perubahan perihal pendidikan seks remaja. Waktu saya masih kelas 6 SD (tahun 90-an), jujur saja saya mendapatkan pendidikan seks pertama kali dari teman sekolah sendiri dan bukan dari orang tua. Saya baru tahu saat itu apa artinya hubungan intim, mimpi basah, dll. Berhubung kala itu belum ada ponsel, bahkan pesawat TV juga masih jarang, maka apa yang disampaikan oleh teman saya itu hanya sebatas cerita. Dia sendiri mungkin mendapatkannya juga dari teman yang lainnya atau istilah kasarnya dari mulut ke mulut. Lepas SD ketika masuk SMP hingga akhir SMA bisa dibilang apa yang saya pahami tentang seks hanyalah masih sebatas lewat cerita teman. Saat SMP ada seorang teman yang ketahuan membawa buku-buku cerita cabul ke sekolah dan terpaksa disita pihak sekolah. Beberapa teman SMA waktu itu ada yang suka menonton video p*rno lewat kaset Beta tetapi karena tidak ada yang mengajak saya menonton jadilah saya masih bersih dari paparan p*nografi hingga lulus SMA. Hingga kemudian saya pindah ke kota besar untuk melanjutkan studi. Nah disinilah saya mulai mengenal internet dan VCD p*rno. Yang mengenalkan konten-konten semacam itu lagi-lagi sesama teman kuliah. Ini berarti bahwa saya mulai terpapar konten p*rnografi terjadi saat saya sudah cukup dewasa (> 18 tahun). Meskipun bukan konsumsi harian tetapi saya kemudian menyadari bahwa p*rnografi bukanlah sesuatu yang bisa saya lepaskan dengan mudah dalam kehidupan di kota besar. Saat menyewa kaset VCD pun selalu ada saja VCD p*rno di atas rak menyolok mata yang dengan bebas bisa dipinjam oleh siapapun. Waktu itu memang masih belum ada larangan tegas peredaran VCD p*rno. Teman-teman kos saya juga sering mengadakan acara nonbar bareng VCD jenis ini terutama saat akhir pekan. Begitu juga dengan internet kampus yang firewallnya belum bagus, masih saja situs-situs p*rno bisa diakses dengan sangat mudah. Bahkan tak jarang iklan-iklan popup berisi konten-konten vulgar yang tak jarang membuat gatal tangan yang ingin tahu untuk mengkliknya. Begitu juga saat saya melakukan perjalanan dengan bus-bus umum ketika berhenti di terminal banyak sekali orang yang menjajakan buku-buku berisi koleksi gambar-gambar super vulgar. Ibaratnya waktu itu saya seolah merasa seperti berenang di "lautan" p*rnografi. Dimana-mana sejauh mata memandang bisa saya temui konten p*nografi dengan sangat mudahnya padahal waktu itu ponsel multimedia masih belum ada. Yang ada hanya ponsel-ponsel yang cuma bisa digunakan untuk menelepon dan SMS. Sungguh suatu perubahan drastis dari saat saya masih tinggal di kota kecil yang sepi dengan p*rnografi mendadak tiba-tiba saya harus menghadapi kenyataan hidup di kota besar yang sarat dengan p*rnografi.

Usai saya lulus kuliah akses internet mulai menyebar kemana-mana yang ditandai dengan menjamurnya warnet. Kalau sebelumnya saya hanya bisa mengakses lewat komputer di kampus maka kemudian dengan adanya warnet saya bisa mengakses internet dari warnet di dekat rumah. Yang membuat saya selalu miris saat menggunakan komputer warnet adalah ketika mendownload data-data saya dari server warnet ke flashdisk maka mau tidak mau saya harus menemui banyak sekali file video dan foto p*rno milik user lain yang disimpan di situ. Kalau saya lihat saat itu kebanyakan kontennya sebagian besar masih merupakan konten-konten asing. Sampai akhirnya kemudian bersamaan dengan hadirnya ponsel berkamera banyak remaja-remaja kita mulai menjadi produser, sutradara, dan aktor video p*rno amatir . Rupanya mereka terinspirasi oleh konten-konten asing itu. Terbukti tak lama kemudian banyak situs-situs yang meng-host video-video amatir produksi lokal itu. Biasanya sih judulnya dimulai dengan kata skandal. Skandal inilah itulah...

Remaja merupakan mahluk yang secara alamiah penuh dengan rasa ingin tahu. Terutama hal-hal yang berkaitan dengan seks dan organ reproduksi mereka pasti akan mencari tahu karena bagaimana pun tubuh dan jiwa mereka terus menerus seiring waktu berubah dan berkembang. Misalnya pada pria saat remaja mulai tumbuh kumis dan mengalami mimpi basah sementara pada wanita mulai mengalami menstruasi dan pembesaran payudara. Secara mental mereka mulai tertarik dengan lawan jenisnya. Mereka pasti bertanya-tanya bagaimana bisa tubuh dan mental mereka berubah seperti itu? Apakah itu memang sudah sewajarnya? Bagaimana mereka harus menyikapinya? Sebuah kebingungan yang jika diibaratkan laksana berdiri sendirian di tengah terowongan nan gelap. Yang diperlukan sesungguhnya hanyalah seseorang yang membawakan cahaya lilin yang akan membimbing mereka sampai di ujung terowongan sana. Di sinilah letak titik kritisnya. Ketika seks masih menjadi hal yang tabu didalam kehidupan masyarakat kita maka masih banyak orang tua menganggap jika pendidikan seks remaja bukanlah hal yang penting. Mereka masih beranggapan jika masalah seks akan berjalan dengan sendirinya secara alamiah di dalam diri remaja. Saya pernah mengadakan survey kecil-kecil di lingkungan para remaja di sekitar saya. Waktu saya tanyakan apakah mereka mendapatkan pendidikan seks langsung dari orang tua atau sekolah? Tak satupun yang menjawab iya. Lalu saya bertanya darimana mereka pertama kali mendapatkan informasi seks? Lagi-lagi jawabnya sesama teman. Persis dengan apa yang saya alami saat saya masih kelas 6 SD dulu. Ternyata sejak saya masih remaja hingga sekarang keadaan tidak banyak berubah. Teman sekolah atau sepermainan memang merupakan pihak yang paling nyaman saat seorang remaja mengemukakan masalahnya atau ingin memuaskan rasa ingin tahunya. Beda sekali jika harus berkomunikasi dengan orang tua yang kadang ada rasa malu atau sungkan. Kini ditambah dengan kekuatan internet membuat remaja semakin mudah mendapatkan informasi tentang seks. Hanya bermodalkan ponsel dan paket internet maka dalam sekejap mata info apapun termasuk seks dengan sangat mudah diakses. Kebetulan banyak remaja di sekeliling saya yang mengalami kerusakan ponsel atau ada yang setingan yang tidak beres dengan ponsel mereka dan kemudian membawanya kepada saya untuk diperbaiki. Sembari memperbaiki saya sering mencoba mengintip folder-folder mereka dan saya sering sekali mendapatkan konten-konten p*rno di dalamnya. Bahkan pernah saya melihat sekelompok remaja perempuan anak tetangga yang tak malu-malu membicaran konten semacam itu secara terbuka di hadapan saya. Yang lebih miris lagi adalah beberapa waktu lalu salah seorang anak (perempuan) tetangga  masih duduk di kelas 2 SD bercerita jika teman-teman lelakinya suka melihat konten p*rnografi di warnet depan sekolah. Maklum warnet di desa tidak pakai internet positif. Terlihat kini semakin hari usia remaja yang terpapar konten p*rnografi menunjukkan angka yang semakin kecil atau semakin belia termasuk masih usia anak-anak. 

Bahaya dari remaja mendapatkan informasi seks dari teman atau internet adalah sebuah kenyataan bahwa mereka sering mendapatkan informasi yang salah. Banyak yang menganggap bahwa kehidupan seks yang nyata adalah seperti apa yang mereka saksikan lewat video p*rno tersebut. Banyak yang tidak menyadari bahwa semuanya itu tidak benar dan menyesatkan serta membawa resiko yang fatal. Sudah tiba waktunya semua pihak terkait untuk memberikan edukasi seks yang benar tentang seks dan segala seluk beluknya kepada para remaja. Sekarang pilih manakah antara mereka mencari-cari info sendiri yang bisa berujung mereka kemungkinan besar akan mendapatkan info dari sumber yang salah ataukah mulai segera singkirkan rasa enggan untuk selekas mungkin memberikan pendidikan seks yang benar? Orang tua, pihak sekolah, dan tak lupa pemerintah (termasuk BKKBN) sudah tiba waktunya bertindak dan mengambil peran lebih besar sebelum akan lebih banyak jatuh korban. Para remaja perlu ditekankan sejak usia dini untuk menjaga kesehatan reproduksi fisik dan mental mereka. Penting untuk memberi tahu jika seks bebas atau yang dijalankan dengan tidak benar adalah sesuatu yang berbahaya dan bisa menyebabkan hancurnya kehidupan seseorang dalam jangka panjang yang akan bisa menimbulkan:

  • Unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak diharapkan). Semua yang sering membaca berita di internet atau menonton berita di TV pasti sudah terlalu sering mendapati kenyataan bayi baru lahir dibuang atau dibunuh sebagai hasil dari seks bebas. Edukasi yang perlu ditekankan bahwa remaja harus bisa menghindari unwanted pregnancy ini dengan meninggalkan seks di luar pernikahan. Namun begitu terkadang mengajak remaja untuk tidak melakukan seks tidaklah semudah membalik telapak tangan. Bagi yang masih nekad, dan meski banyak pihak yang tidak setuju, tetapi saya lebih suka menjelaskan kepada para remaja tentang perlunya alat kontrasepsi untuk mencegah kehamilan ketika mereka melakukan hubungan seks. Sekarang kita dihadapkan pada hanya 2 pilihan. Pilihan yang tersedia bukanya buruk dan bagus tetapi jelek dan buruk. Saya lebih cenderung untuk mencegah unwanted pregnancy ini dengan penggunaan alkon dibandingkan seks tanpa pengaman sama sekali yang berujung pembuangan dan pembunuhan bayi baru lahir. Jika toh seandainya ada remaja yang tetap mengalami unwanted pregnancy ini, bantulah mereka. Jangan biarkan mereka malah semakin tenggelam karena di dalam masyarakat saya justru remaja yang mengalami hal seperti ini malah seperti dikucilkan. Ini akan berakibat mereka mengalami doble punishment. Di satu sisi rasa bersalah dan di sisi lain masih ditambah rasa malu dikucilkan yang dalam jangka lama bisa berakibat terhadap kesehatan dan keselamatan calon bayi dalam kandungan. Kalau satu-satunya jalan keluar kemudian yang terpikir oleh remaja tersebut hanya aborsi bagaimana coba? Padahal aborsi ilegal bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya. Remaja perlu diberi wawasan tentang apa saja yang harus dilakukan jika mengalami unwanted pregnancy ini. Berkomunikasi dengan orang tua dan mendapatkan dukungannya adalah jalan terbaik.
  • Penyakit seksual menular. Bahaya yang kedua ini pun juga tidak bisa diremehkan. Remaja perlu diberikan pengarahan tentang gejala-gejala dan akibatnya bagi kesehatan. Kalau perlu kasihlah mereka menonton video di sekolah segala sesuatu tentang penyakit ini. Beberapa waktu lalu saya pernah menonton Oprah Winfrey Show dan topiknya tentang penyakit HIV AIDS. Waktu itu ada seorang perempuan pelaku seks bebas di US yang terkena penyakit ini dan mengungkapkan betapa menyesalnya dia akan perilaku seks bebas yang sudah dia lakukan selama ini. Dia sama sekali tidak menyangka jika akibat penyakit itu bisa sedemikian dramatis bagi dirinya. Coba deh video-video semacam ini ditayangkan di sekolah dimana setiap siswa wajib menontonnya. Alat kontrasepsi seperti kondom pun jika penggunaannya tidak benar akan membuat pelaku tetap mudah terkena penyakit mematikan ini. Memang teknologi pengobatan sudah jauh lebih maju sekarang dalam pengobatan HIV-AIDS ini namun slogan lama tetap saja berlaku jika  mencegah jauh lebih baik dibandingkan mengobati.
  • Rentan kanker serviks bagi perempuan. Karena remaja merupakan individu yang berusia masih di bawah 20 tahun maka hubungan seks di rentang usia ini membuat remaja perempuan rawan terkena kanker serviks. Padahal kanker ini sangat mematikan dan merupakan pembunuh perempuan nomor 1. Perkembangan kanker ini sangat lambat selama bertahun-tahun dan sering tidak disadari penderita. Tahu-tahu biasanya sudah memasuki stadium akhir. Sebagai contoh seperti kasus yang dialami tetangga saya sendiri sebut saja mbak P. Saya masih ingat dengan jelas jika dulu mbak P ini tidak tamat SD karena ketika masih kelas 5 SD orang tuanya sudah menikahkannya. Beberapa bulan lalu mbak P menderita pendarahan terus menerus di luar jadwal menstruasinya. Saat dibawa periksa ke bidan terdekat dikatakan bahwa itu normal namun curiga karena pendarahan yang masih tidak kunjung berhenti, berangkatlah mereka ke RS. Sontak semua anggota keluarganya kaget karena mbak P sudah mengidap kanker serviks stadium 3. Oleh RS disarankan untuk menjalani kemoterapi dan radioterapi karena pembedahan sudah tidak akan bisa menyembuhkannya. Kini saya melihat kualitas hidup mbak P terus menurun. Aktivitas hariannya hanya bisa tidur di atas ranjang. Sungguh mengenaskan padahal sebelumnya mbak P ini dikenal sebagai perempuan yang aktif bekerja. Yang perlu ditekankan di sini bahwa melakukan hubungan seks baik dalam ruang lingkup pernikahan maupun bukan seharusnya dilakukan ketika remaja sudah beranjak dewasa. 

Yang tak kalah penting adalah memperkuat pendidikan mental spiritual para remaja yang selanjutnya akan menjadi benteng kokoh buat mereka untuk selalu bisa menjaga kesehatan reproduksi fisik dan mental. Sekarang yang terjadi kalaupun ada pendidikan seperti itu tak jarang metode dan durasinya masih belum cukup berkualitas. Maaf-maaf saja sekolah saat ini sepertinya sistem pendidikan kita masih terpaku pada paradigma lama dengan terlalu menekankan pendidikan ilmu-ilmu eksakta dan sosial. Sudah tiba waktunya perlu pengarahan dan pendidikan lebih intens dan serius di sekolah tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan seks buat para remaja. Buang segala rasa kotor dan jijik atau mereka para remaja akan menjadi korban karena ketidaktahuannya. Sampaikan dengan bijaksana tanpa menggurui sesuai dengan usia dan tingkat pengetahuan mereka. Bikin mereka merasa nyaman sehingga mereka bisa berkomunikasi langsung dari hati dan pikiran mereka. Mereka adalah tunas-tunas bangsa yang akan menggantikan kita semua kelak di kemudian hari. Ibarat tanaman mulai sekarang kitalah yang harus merawat mereka dengan sebaik-baiknya. Tidak perlu menunggu semuanya (semakin) terlambat. Kasus-kasus kekerasan seksual yang dilakukan para remaja dan remaja yang menjadi korban belakangan ini yang terus mencuat seharusnya sudah bisa menempatkan bangsa ini pada posisi darurat agar segera dilakukan tindakan strategis untuk menyelamatkan para remaja.

Sumber gambar:
https://pramareola14.files.wordpress.com/2013/07/kespro.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun