Â
Sebulan usai terkena Covid saya memutuskan untuk mendapatkan vaksin segera. Teorinya sih harus menunggu 3 bulan cuma kalau harus menanti selama itu saya takut udah malas nanti. Sebenarnya sih di Puskesmas dekat rumah dan balai desa sering diselenggarakan acara vaksinasi masal tetapi antriannya udah kayak antri SEMBAKO aja.Â
Pesertanya pakai masker sih pakai masker cuma kalau antriannya udah gak karuan seperti itu waduh maaf-maaf saja.... Sampai akhirnya ada salah satu teman yang men-share program vaksinasi di RS Paru Jember pertengahan September ini dan vaksinnya adalah Moderna. Pendaftaran cukup OL dan sehari cuma dikasih kuota 70 orang. Wah mantap nih! Padahal kalau di balai desa sehari bisa 1000 orang mulai pagi sampai larut malam. Bayangkan!!! Ya mungkin sisi baiknya kelihatan ngebutnya pemerintah memvaksin rakyatnya dan ini bagus sekali menurut saya.Â
Tepat hari vaksinasi saya datang pukul 9.00 bersama istri. Suasana tidak begitu ramai. Hanya tampak beberapa orang sedang duduk mengantri. Setelah mendaftar ulang saya diukur tensi darah lalu cuma ditanya-tanya apakah sedang batuk dll. Beberapa menit kemudian saya pun dipanggil untuk disuntik. Gambaran saya pasti rasanya bakal nyeri tapi eh ternyata gak berasa apa-apa kok. Sampai di luar saya diberi sertifikat vaksin. Untuk vaksin keduanya sebulan lagi di tempat ini juga.Â
Semuanya berjalan sangat tertib dan lancar. Jauh beda dengan di balai desa. Petugas di RS juga menjelaskan bila KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Moderna ini lebih nampol dibandingkan merek vaksin lainnya. Kebetulan sebelum vaksin saya sudah banyak membaca mengenai Moderna ini jadi secara mental saya sudah siap apapun yang akan terjadi nanti.Â
Waktu di ruang tunggu vaksinasi saya memang mendengar sendiri obrolan sejumlah NAKES menolak divaksin Moderna karena mereka tidak sanggup dengan KIPInya yang lebih nendang. Saya menduga mungkin ini Moderna sengaja"diobral" ke umum karena para NAKESnya ogah pakai hehe...
Tiga jam usai vaksin saya merasakan ngantuk atau lebih tepatnya setengah mengantuk. Saya pun masih tetap beraktivitas seperti biasa. Tiga jam kemudian lapar dan haus yang luar biasa. Malam itu saya sampai makan 2x! Tidak ada demam atau gejala KIPI Â lainnya cuma kemudian tidur tidak bisa nyenyak.Â
Keesokan harinya saya bangun agak berat dibandingkan hari sebelumnya tetapi semua masih OK sampai akhirnya lewat pukul 7 badan saya rasanya nyeri semua, sakit kepala, dan ada demamnya. Tangan dimana vaksin disuntikkan nyeri sekali kalau digerakkan. Saya mencoba bertahan tetapi sepertinya semakin siang demam dan nyerinya makin intens.Â
Saya ukur suhu badan mencapai 38,6'C. Saya sengaja tidak buru-buru meminum obat penurun panas karena konon katanya bisa menghambat proses pembentukan kekebalan oleh vaksin. Mulai jam 9 saya pun ambruk di atas kasur. Tengah hari bahkan suhu mencapai 39'C. Akan tetapi gejala-gejala ini kalau dibandingkan gejala-gejala asli terserang Covid ya beda jauh. Ibaratnya cuma 1/2-nya aja. Buktinya makan juga masih enak. Coba kalau terkena Covid betulan wah pahit nih mulut. Napas juga masih plong, tidak ada batuk.
Lepas tengah hari suhu masih tetap bertengger di atas 38. Kadang 38,8 kadang 38,6. Akhirnya pukul 17 saya pun minum obat penurun panas dan 15 menit kemudian memang bener semua gejala KIPI berangsur mereda tetapi muncul gejala lain yaitu rasa makanan jadi hambar. Malam harinya saya tidur kurang nyenyak dan bangun di hari ketiga saya merasa kedinginan walau tidak ada demam. Sepertinya saya harus bersiap menghadapi hari ketiga yang entah gejala apa yang akan terjadi.
Hari ketiga ternyata suhu badan relatif turun menjadi 37,7'C. Badan lemas sekali dan udara terasa sangat dingin. Maklumlah habis "digebukin" orang eh virus sekampung hehe... Berhubung suhu cuma segitu maka saya tidak minum obat sama sekali. Saya lebih banyak tiduran dan melakukan aktivitas-aktivitas ringan saja. Saya sempat khawatir kalau malamnya atau esok demam akan datang lagi tetapi ternyata dugaan saya meleset. Malamnya alhamdulillah saya bisa tidur lebih baik dan di hari keempat suhu tubuh sudah normal seperti biasa cuma lengan masih terasa nyeri. Kalau dibuat berlari terasa sekali nyerinya berdenyut tiap langkah. Selama 3 hari usai vaksin saya hanya menghabiskan 1 tablet obat penurun panas sedangkan istri 3 tablet. Terlalu banyak orang yang takut dengan KIPI vaksin sehingga kadang belum demam udah langsung minum obat seperti salah satu tetangga saya yang sehari bisa minum sampai 3 tablet obat penurun panas sehabis divaksin, layaknya kena Covid beneran aja.
Dari kisah itu saya menyarankan anda tidak perlu takut divaksin Moderna. Â Menurut saya KIPI-nya tidak sehoror yang banyak dituliskan atau ditakutkan banyak orang. Menurut saya jauh lebih baik dapat KIPInya Moderna daripada terkena infeksi Covid secara alamiah yang sumpah rasanya seperti berdiri sejengkal dari maut karena saya sudah mengalaminya sendiri. Apalagi konon gelombang ketiga masih akan datang Desember nanti.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H