Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Persiapan Jelang Isoman Covid-19

12 September 2021   06:36 Diperbarui: 25 September 2021   06:42 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di sini saya akan menuliskan pengalaman pribadi bersiap menghadapi isoman covid.

1. Dana atau uang. Istri saya sampai harus menjual perhiasannya saat kami sekeluarga jatuh sakit padahal perhiasan itu adalah satu-satunya tabungan kami. Saya sedih sekali karena perhiasan itu harus dijual padahal kami mengumpulkannya dengan susah payah. Saat kami sekeluarga sakit otomatis kami hanya bisa bergantung pada uang karena kami tidak bisa memasak sendiri, membeli obat, atau mencuci baju sendiri.

2. Oksimeter. Satu hal yang saya takutkan adalah happy hypoxia yaitu kondisi dimana sebenarnya saturasi oksigen sudah anjlok tetapi si penderita masih merasa baik-baik saja. Harganya tidak mahal dan seharusnya setiap orang yang menjalani isoman wajib memilikinya.3. Termometer digital. Harganya murah dan penting untuk mengetahui suhu tubuh kita. Mengukur suhu jangan pakai perasaan atau tangan saja apalagi cuma pakai mata karena tangan bukan alat yang baik untuk mengukur suhu.

4. Tenaga kesehatan atau aplikasi telemedicine. Banyak orang melakukan isoman tanpa didampingi dokter atau aplikasi telemedicine dan ini bisa berakibat fatal karena tidak semua orang memiliki pengetahuan medis yang cukup. Di awal isoman saya sudah menghubungi salah satu teman yang istrinya dokter untuk berkonsultasi berbagai hal misalnya demam tinggi saya yang tak mau turun meski sudah minum obat. 

Saya kemudian disarankan obat lain yang kebetulan sulit didapat sehingga terpaksa beli OL. Saya juga sempat sekali memakai aplikasi telemedicine dan cukup membantu. Biayanya juga murah karena banyak promo (tarifnya bahkan cuma Rp 2000 saat saya pakai waktu itu). Aplikasi telemedicine ini layak menjadi sarana wajib bagi siapa saja yang sedang isoman terutama yang tidak bisa mendapatkan akses komunikasi kepada tenaga kesehatan. 

5. Obat-obatan dan suplemen. Ada baiknya obat-obatan dan suplemen yang kita pakai berasal dari rekomendasi dokter karena berdasar pengalaman saya sendiri kadang saya membuat kesalahan. Kalau bisa jangan minum obat sembarangan apalagi jika ada comorbid. Awalnya saya pakai obat flu tetapi di hari ke-3 obat ini bikin saya gelisah dan susah tidur langsung saya ganti paracetamol. 

Sayangnya paracetamol seperti tidak terlalu efektif menurunkan demam lalu saya ganti ibuprofen tetapi saya merasa obat ini terlalu keras jadi saya balik lagi pakai paracetamol. Saya juga diberikan Ivermectin oleh teman tetapi juga seperti tak berguna. Karena ada batuk saya kira infeksi bakteri maka saya minum amoxicilin tetapi entah mengapa tidak mau mereda akhinya setelah saya minum ekspektoran malah lebih baik. Kadang saya heran melihat orang yang sedang isoman dibekali setumpuk obat dan suplemen. 

Bagi saya obat dan suplemen tak perlu banyak, secukupnya saja tetapi tepat. Makanya ada teman yang heran melihat saya cuma berbekal suplemen dan paracetamol aja di hari-hari pertama.  Kalau suplemen sih memang tubuh saya kadang lambat dan tidak bisa merespon dengan baik. Saat isoman kemarin saya membeli suplemen impor yang harganya lumayan menguras kantong atas rekomendasi seorang teman. Buat istri saya suplemen itu terasa manfaatnya tetapi buat saya seperti tidak ada sama sekali. Entahlah...

6. Orang-orang terdekat. Mereka adalah bantuan yang sangat penting untuk membelikan kita makanan, obat atau membantu memberi makan kucing atau ayam, menyiram kebun, membuang sampah, mencuci baju ke laundry, misalnya saat kita untuk bangun dari ranjang aja susah. Jangan sampai gara-gara isoman kucing jadi tidak dapat makanan atau bunga di kebun layu semua.

7.  Aplikasi OJOL. Nih sangat penting saat kita sudah tidak mampu memasak atau belanja sendiri. Tinggal klik dan makanan akan datang dalam beberapa menit. Cuma menguras kantong banget kalau terlalu sering juga.

8. Teman-teman di grup WA. Mereka bisa memberikan kita dukungan moral yang tak kalah pentingnya. Selain itu bisa untuk meminta bantuan juga jika dibutuhkan.

9. Tensimeter. Kalau ini sebenarnya opsi saja tetapi kalau ada akan lebih baik. Selama menderita covid tensi saya masih normal tetapi setelah sembuh justru anjlok kadang hanya 90/60 sehingga terasa lemas.

10. Jahe dan minyak kayu putih. Kedua bahan ini bagus untuk melegakan pernapasan. Caranya tinggal rebus jahe lalu berikan minyak putih. Hirup uapnya pelan-pelan sembari tutup kepala dengan handuk agar tidak banyak uap yang lolos. Menurut saya cara ini juga dapat mempercepat kesembuhan dari anosmia. Cukup 1x/hari.
11. Tabung oksigen beserta isinya bagi yang mendapatkan saturasi di bawah 90. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun