Mohon tunggu...
susilo ahmadi
susilo ahmadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - sekedar menyalur hobi menulis

cuma orang biasa aja

Selanjutnya

Tutup

Segar

Mengurangi Sampah Plastik Selama Ramadhan, Itu Cuma Soal Kebiasaan!

11 Mei 2019   20:31 Diperbarui: 11 Mei 2019   20:34 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya lebih suka menyebut jaman ini sebagai jaman plastik. Bukan tanpa alasan saya menyebutnya demikian karena memang berdasarkan kenyataan penggunaan plastik sudah sedemikian masifnya tanpa kendali. Coba perhatikan benda-benda di sekeliling kita apakah yang tidak terbuat dari plastik sekarang? Baju, sepatu, kendaraan, smartphone dan tentu saja kemasan berbagai makanan. Bahkan sampai ada istilah operasi plastik yang konon bisa membuat penampilan seseorang kelihatan jauh lebih muda. 

Awal diciptakannya, plastik sempat dipuja-puja karena praktis serta daya tahanannya yang sangat baik atau tidak cepat rusak/membusuk tetapi seiring waktu kemudian timbul masalah baru yaitu bahwa akhirnya menjadi terlalu banyak sampah plastik. Masih ingatkah kita akan berita viral beberapa hari lalu tentang temuan seorang mahasiswa yang menemukan sampah kemasan salah satu mie instan dimana di bagian kemasannya tertulis logo kemerdekaan RI yang ke-55. 

Berarti selama 20 tahun berjalan sampah itu belum membusuk sama sekali! Teorinya memang plastik memerlukan waktu 100 tahun lebih untuk terurai padahal konsumsi plastik terus meningkat pesat. Kalau sudah begini bumi kita mau jadi apa nanti? Bumi plastik-kah?

Bukan cuma buruk buat lingkungan tetapi sebenarnya plastik juga tidak bagus untuk kesehatan tubuh mahluk hidup termasuk manusia tentunya. Pemakaian plastik sebagai pembungkus makanan meningkatkan resiko migrasi mikro partikel plastik ke dalam makanan. Namanya juga partikel mikro jadi sudah pasti takkan bisa terlihat oleh mata telanjang. Yang jelas jika makanan ini kemudian dikonsumsi manusia maka lama kelamaan akan terjadi akumulasi plastik di dalam tubuh. 

Dampak buruknya mungkin tidak akan muncul dalam 1-2 tahun mendatang tetapi sudah pasti akan meningkatkan resiko gangguan kesehatan suatu saat nanti. Apalagi di bulan Ramadhan begini banyak penjual takjil bermunculan dan pemandangan lumrah bila menggunakan plastik sebagai andalan  kemasan. Setahu saya harga plastik yang bagus berkualitas itu juga tidak murah. 

Dulu sewaktu masih membudidayakan jamur tiram, saya menggunakan plastik polipropilen (PP) dengan ketebalan 0,03 cm sebagai kemasan produk. Minimal sebulan sekali saya membeli berpuluh-puluh roll plastik PP itu dan yang membikin saya terserang sakit kepala adalah harganya yang terus menerus naik. Belum pernah dalam dua pembelian memiliki harga yang sama. Jadi bagi seorang pengusaha yang memakai plastik  sebenarnya plastik juga merupakan salah satu beban biaya yang cukup besar.  

Saya jadi teringat jaman dulu ketika konsumsi plastik belum separah saat ini. Jika ada tetangga yang mengadakan kenduri maka wadahnya menggunakan daun pisang. Nasi, lauk pauk, dan jajanan diletakkan di atas daun pisang lalu dilipat pada kedua ujungnya kebawah kemudian diangkat pelan-pelan jangan sampai lipatan lepas karena jika sampai terlepas maka isinya akan jatuh berantakan kemana-mana. 

Memang tidak praktis dan agak ribet tetapi dengan begitu pasti bisa mengurangi konsumsi plastik. Kenduri jaman sekarang untuk wadah nasi, sayur, dan lauknya sudah menggunakan plastik dan itupun masih dibungkus lagi dalam kantong plastik besar. Kue-kuenya juga kadang masih dikemas plastik per satuan. 

Begitu pula dalam membuat sejumlah makanan misal lontong sekarang sudah lazim memakai bungkus plastik padahal emak saya juga sering membuat lontong di rumah dan syukurlah hingga detik ini masih tetap konsisten dengan daun pisang sebagai pembungkusnya. Padahal kalau mau bisa saja emak memakai plastik sebagai bungkus lontong. 

Coba kalau sebagian bungkus plastik saat ini digantikan daun pisang maka pasti akan bisa menghidupkan perkebunan pisang nasional. Setahu saya belakangan ini harga pisang sering jatuh sehingga warga di kampung jadi enggan merawat tanaman pisangnya. Tahukah anda jika sebagian besar bijih plastik masih diimpor? Mengkonsumsi plastik secara berlebihan pada dasarnya sama dengan mensejahterakan bangsa lain.

Nah, selama Ramadhan kali ini bisakah kita semua mengurangi pemakaian plastik? Jawabnya tentu saja bisa! Kuncinya hanya pada kata kebiasaan. Ya kita harus membentuk kebiasaan baru yang dapat mengurangi konsumsi plastik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Segar Selengkapnya
Lihat Segar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun