Akhirnya bulan Ramadhan datang kembali padahal rasa-rasanya baru kemarin aku melihat spanduk bertuliskan Selamat Hari Raya Idul Fitri di masjid sebelah sedang diturunkan oleh kelompok Remaja Masjid. Sudah banyak Ramadhan telah aku jalani dan di tengah-tengah kegembiraan menyambut datangnya bulan suci ini selalu terselip rasa gelisah dan khawatir. Apakah segunung ibadah di bulan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya benar-benar sudah diterima oleh Allah? Ataukah akan sekedar menjadi kenangan yang tak berarti yang kemudian meluruh bersama waktu? Semuanya hanya bisa aku serahkan kepada Allah semata dengan harapan semua tak sia-sia belaka nantinya.
   Yang pasti pertemuan dengan Ramadhan kali ini adalah sesuatu yang harus kusyukuri dan lebih-lebih lagi aku masih bisa melaksanakan berbagai ibadah dengan baik. Seiring menuanya tubuh ini bangun untuk makan sahur tidak setangkas dulu lagi. Butuh waktu sepuluh menit sendiri hanya sekedar melepaskan diri dari empuknya kasur dan hangatnya selimut di awal musim kemarau ini. Buka puasa yang dulu menjadi momen yang ditunggu seharian, jujur saja kini sudah kurang begitu istimewa.Â
Begitu adzan maghrib tiba, minum hanya beberapa teguk teh manis dan cepat-cepat langsung bergegas berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat maghrib. Lidah dan hidung sudah tidak sesensitif dulu dalam menikmati aroma masakan khas berbuka. Begitu pula kala shalat tarawih yang dulu aku begitu gembiranya jika imam memilih mode racing tetapi kini justru aku rasakan sebagai siksaan yang mendera tubuh. Nyeri pinggang dan pegal-pegal di kaki yang mendadak muncul benar-benar mengusik kekhusyukan shalatku dan membuatku berpikir bahwa yang racing tak selamanya nyaman apalagi menyenangkan.   Â
   Akan tetapi aku menyadari apapun yang akan aku jalani di bulan ini, tidak setiap orang bisa mendapatkannya. Kebetulan Ramadhan kali ini bersamaan dengan awal musim tanam di kampungku yang notabene mayoritas petani. Aku paham benar jika di antara mereka walaupun sama-sama muslim banyak yang tidak mau atau mampu menjalankan ibadah akibat sibuk dengan tuntutan pekerjaan di ladang. Ketika aku bangun pukul tiga dinihari untuk makan sahur, mereka masih tertidur lelap karena kelelahan.Â
Begitu pula sewaktu aku berangkat ke masjid untuk menunaikan shalat subuh, mereka juga sama-sama berangkat tetapi berbeda arah yaitu ke lahan untuk memulai pekerjaan hingga nanti kala berbuka tiba. Akan tetapi saat berbuka kami semua berkumpul dalam satu meja dan duduk menikmati hidangan yang sama bersama-sama seolah tak ada bedanya antara yang sedang berbuka dan makan malam. Ibadah puasa adalah ibadah wajib bagi kaum muslim yang murni Allah sendiri yang akan menentukan pahalanya dan karena itulah banyak warga di kampungku merasa tak perlu menunaikannya karena memang "tidak kelihatan". Yang terpenting nanti saat Idul Fitri tiba mereka ikut merayakannya.
   Yup, bulan puasa ada banyak godaan yang datang untuk merusak ibadah. Bagi pedagang online maupun offline, order pelanggan selalu membanjir yang sungguh sayang jika dilewatkan begitu saja walaupun harus dengan melewatkan shalat tawarih. Bagi pemilik warung atau rumah makan terkadang terpaksa harus meninggalkan shalat maghrib akibat pelanggan yang datang membludak. Allah memerintahkan bulan ini untuk giat beribadah dan bukannya malah giat mencari sesuatu yang tidak Allah perintahkan. Para petani pun tak mau ketinggalan dengan mulai giat menanam dengan harapan hasil panen nantinya bisa digunakan untuk perayaan Idul Fitri meskipun harus dengan meninggalkan puasa karena tidak tahan dengan terik matahari di ladang.Â
Saat aku menatap diriku sendiri sungguh aku bersyukur masih konsisten hingga detik ini untuk tetap lebih giat menjalankan berbagai macam ibadah di bulan suci ini dibandingkan menuruti semua godaan yang datang. Biarlah orang-orang lain melakukan apapun yang mereka inginkan karena hidup ini adalah sebuah pilihan. Akan tetapi akankah kita menukar ladang dunia yang sebentar ini dengan ladang akherat yang kekal abadi? Inilah harapan terbesarku, semoga kali ini dan seterusnya semakin giat, konsisten, dan terus rajin beribadah saat Ramadhan menjelang. Â Menjalani berbagai ibadah di bulan suci ini dengan penuh keihklasan adalah salah satu kenikmatan spiritual yang hanya bisa dirasakan di dalam jiwa dan hati. Â Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H