Akhirnya Allah menurunkan surat ‘Abasa yang artinya :
"Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling, sebab telah datang seorang buta kepadanya, tahukah kalian barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).... (Qs. ‘Abasa : 1-4)
Setelah ayat itu turun, sadarlah Rasulullah saw akan kekhilafannya itu. Lalu segera beliau hadapilah Ibnu Ummi Maktum dan beliau perkenankan apa yang ia minta. Ibnu Ummi Maktum pun menjadi seorang yang sangat disayangi oleh Rasulullah saw.
Allah swt begitu halus mengingatkan Rasulullah saat beliau sedikit saja melakukan kesalahan, sebab menurut Rasulullah melobi para pembesar Quraisy lebih penting dibandingkan dengan melayani Ibnu Ummi Maktum.
 Tipe egois
Sikap egois bisa kita temukan di manapun lebih tepatnya adalah dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh dari egois mendustakan ayat-ayat Allah, ingin menang sendiri, suka mengatur tapi tidaklah mau diatur.
Pertama: Mendustakan ayat-ayat Allah, Dalam hal ini cakupannya sangat luas sekali. Orang kafir bisa dikategorikan orang yang egois, sebab mereka enggan memeluk islam. Padahal agama Islam adalah agama penyempurna bagi agama sebelumnya. Sehingga jelaslah bahwa mereka adalah orang-orang yang bisa dikatakan orang yang super egois.Â
Orang yang mengaku muslim (orang Islam) tetapi tidak melaksanakan perintah-perintah Allah maka termasuk ke dalam orang-orang egois. misalnya saja tidak mengerjakan solat 5 waktu, serta amalan lain yang sudah Allah perintahkan, serta tetap menjalankan apa yang telah Allah larang seperti berfoya-foya, minum-minuman keras dan lain sebagainya.
Kedua: Ingin menang sendiri, Orang yang ingin menang sendiri biasanya tidak peduli dengan apa yang ia lakukan, walaupun itu sebetulnya salah. Contohnya dalam sebuah pertandingan kalah dan menang adalah hal yang biasa. Hanya saja karena seseorang ingin menang sendiri maka dia akan melakukan hal-hal yang tidak sportif dan curang. Ini bisa menyebabkan banyak masalah diantaranya dijauhi teman, membuat malu orang yang mendukungnya.
Ketiga: suka mengatur tapi tidak mau diatur. Seorang pemimpin dituntut untuk mampu memimpin bawahannya, karena masa kepemimpinan seseorang pasti ada batas waktunya, jika saatnya nanti kita yang harus diatur oleh yang lain maka kita harus siap.
Keempat: keras kepala, yaitu seseorang yang tidak bisa menerima masukan dari orang lain. Orang yang keras kepala pada masa Nabi Musa as adalah Fir’aun, dan akhirnya Allah SWT tenggelamkan Fir’aun dan tentaranya di tengah lautan. Tak hanya itu, pada masa Nabi Nuh as. umatnya juga sangat keras kepala. Sehingga Allah SWT mengirimkan banjir bandang yang sangat dahsyat, sehingga tidak ada yang selamat dari umatnya Nabi Nuh walaupun pun mereka lari ke atas gunung. Kecuali yang ikut naik kapal dengan Nabi Nuh as mereka selamat.