Mohon tunggu...
Susie Utomo
Susie Utomo Mohon Tunggu... -

Pekerja Migran Indonesia di Hong Kong

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Ujian Ketulusan

19 Agustus 2011   17:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tengah sibuk menyiapkan makan malam buat boss, seseorang menelpon saya.

"Mbak, kami mengundang Anda untuk meliput acara kami,...bla..bla..,"

Intinya, salah satu pengurus dari organisasi baru yang sedang berusaha go khalayak ramai minta saya untuk meliput acara yang akan digelarnya beberapa minggu kemudian .

"Okey, saya bantu, Mbak." Lumayan, jurnalnya akan jadi info menarik buat pembaca, pikirku.

Dan saat acara berlangsung, seperti biasa, sambil sesekali ambil gambar, saya ikuti dari awal sampai akhir untuk mendapatkan dua angle paling menarik untuk saya tulis di dua media tempat saya berkontribusi; Tabloid Apakabar dan Majalah posmo execlusive.

Di akhir acara, saya juga ikut-ikutan ingin foto bersama sang guest  master, tokoh terkenal baik di Indonesia maupun manca negara.

"Mbak, tolong jepretin saya, dong," pinta saya pada salah satu panitia sambil menyodorkan  kamera saku dan bersiap untuk berdiri di samping Sang Master.

"Maaf Mbak, ini panitia yang mau foto," jawabnya. Saya lihat sekeliling memang para panitia sudah ada di sekitar, tapi belum ambil posisi untuk foto bersama.

Dengan tatapan dan isyarat saya ulangi permintaan saya. Tapi panitia bersikeras tak mau memenuhi.

Seketika rasa kecewa mengembang bagai rengginang* ketan mentah ketemu minyak panas. Nggrundel batin saya sepanjang 30 menit perjalanan Tsim Sha Tsui sampai Causeway Bay. Lupa sebentar saat makan malam sambil mengikuti rapat pengurus ATKI (Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia) Eh, sampai rumah kambuh lagi nggrundelnya. Masa sudah ditungguin seharian, mau dibantuin promosi di dua media, kok permintaan sederhana saja nggak dikasih, sih ? Terbayang lagi, betapa aktifnya sang panitia menelpon berkali-kali dalam seminggu hanya untuk memastikan saya bisa datang di acaranya.

Bener-bener hilang mood saya untuk menulis jurnalnya. Buat apa? Nggak ada untungnya buat saya. Dan saya hanya kerjakan jurnal liputan yang lainnya. Hingga tiba waktu deadline. Saya periksa lagi list judul liputan, barangkali ada yang terlewat.  Begitu lihat satu judul yang belum saya contreng, rasa sewot kambuh lagi. Sungguh nggak enak, karena perang besar berkecamuk dalam benak setelah itu.

Tulis ! Nggakkk !! Tuliss !! Nggakkk !!!

Begitu terus sampai beberapa saat. Capek rasanya. Benar kata Rasulullah, bahwa perang terbesar adalah melawan diri sendiri. Dan saya harus mengakhiri huru-hara ini.

Lalu dengan mengucap bismillah saya coba tips Pak Ary Ginanjar yang ditulis di Buku ESQ-nya. Dengan mengambil sikap aktivitas raga dan jiwa di bilangan nol,untuk menenangkan pertarungan batin saya. Semenit, dua menit, tiga menit.

Subhanallah. Halus, mengiang kata-kata kesanggupan saya pada si pengundang waktu itu. "Okey, Mbak, saya bantu."

Dan saya buka laptop, mulai mengetik sambil sesekali melirik catatan dan profil organisasi penyelenggara yang tertera di undangan.

Lega. Satu ujian telah saya lewati dengan nyontreng satu dari multiple choise yang saya yakin telah mengantar saya pada kemenangan. Lulus setelah menyentuh garis finish dari langkah awal "Okey, saya bantu" waktu itu.

Jangan dikira seperti ujian kelulusan sarjana atau ujian-ujian lain. Ketulusan, keikhlasan, akan selalu diuji ulang sesuka Allah SWT mau. Bisa saja satu bulan kemudian, si pengundang cuek bebek ketika bertemu saya. Lalu dua bulan kemudian datang minta pertolongan lagi. saat itulah ketulusan diuji lagi.

Satu lagi pelajaran yang saya petik, ketika kita mendekati seseorang demi suatu hajat, setelah hajat itu berlalu, sepantasnya memelihara silaturahmi yang sudah terjalin tanpa pamrih apapun. Karena hakekatnya, silaturahmi adalah akses menuju kekayaan yang luas.

Hanya Allah yang Maha Benar, lagi Maha Mengetahui…

 

Causeway Bay, Oktober 2010, 21:05 pm

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun