Pola asuh memiliki hubungan yang kuat dengan pertumbuhan anak. Keluarga, terutama orang tua, merupakan lingkungan sosial pertama dan utama bagi anak. Mereka adalah orang pertama yang mengajarkan pendidikan kepada anak-anak, mulai dari balita hingga dewasa. Orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberikan perhatian, dukungan, dan bimbingan kepada anak-anak mereka.
Pola asuh yang baik dapat mempengaruhi perkembangan fisik, emosional, sosial, dan intelektual anak. Orang tua yang terlibat dan memahami tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan usia dan kebutuhan anak.
Beberapa jenis pola asuh yang telah diidentifikasi oleh para ahli, seperti Diana Baumrind, adalah sebagai berikut:
1. Pola asuh otoriter (authoritarian parenting):Â
Pola asuh ini ditandai dengan kontrol yang ketat dan aturan yang kaku. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung membatasi dan menghukum anak secara tegas. Dampaknya, anak mungkin menjadi kurang percaya diri, kurang mandiri, dan memiliki keterampilan sosial yang terbatas.
2. Pola asuh permisif (permissive parenting):Â
Pola asuh ini ditandai dengan kurangnya batasan dan aturan yang jelas. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung memberikan kebebasan yang berlebihan kepada anak tanpa memberikan panduan yang cukup. Dampaknya, anak mungkin mengalami kesulitan dalam mengembangkan disiplin diri dan menghadapi tantangan dalam kehidupan.
3. Pola asuh otoritatif (authoritative parenting):
Pola asuh ini merupakan kombinasi antara kontrol yang tegas dan dukungan yang hangat. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini memberikan batasan yang jelas dan konsisten, sambil tetap mendengarkan dan menghargai pendapat anak. Dampaknya, anak cenderung memiliki kemandirian yang baik, keterampilan sosial yang kuat, dan kemampuan penyelesaian masalah yang baik.
4. Pola asuh tidak terlibat (uninvolved parenting):Â
Pola asuh ini ditandai dengan kurangnya perhatian dan keterlibatan orang tua terhadap anak. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini cenderung tidak memberikan perhatian, pedoman, dan dukungan kepada anak. Dampaknya, anak mungkin mengalami masalah emosional, kesulitan dalam hubungan interpersonal, dan kurangnya kemandirian.