Mohon tunggu...
Danang Budi Susetyo
Danang Budi Susetyo Mohon Tunggu... Peneliti -

Peneliti di bidang Geodesi/Geospasial/Pemetaan. Penggemar Liverpool FC yang sangat suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita yang Mengubah Tanpa Menuntut

25 Maret 2016   08:47 Diperbarui: 25 Maret 2016   09:40 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber gambar: hijabnesia.com/tips-membina-keluarga-bahagia-secara-islami.html"][/caption]

Mengubah tanpa pernah menuntut. Menasehati tanpa perlu berkata. Mengkritik tanpa perlu mencaci. Sederhana ia berkata, namun begitu besar apa yang terjadi pada pria yang ia pilih. Ia tak berharap banyak, penerimaan akan sosok yang ia pilih sebagai imam sudah begitu tegas. Namun ketulusannya mampu mengubah apa yang ia terima jauh melebihi apa yang ia bayangkan.

Cinta dan tanggung jawab. Dua nyawa sebuah rumah tangga. Berupa “barang” abstrak yang tak mampu terlihat oleh mata atau ditakar secara ukuran, namun keberadaan atau ketiadaannya begitu sangat terasa. Dua komponen yang membentuk sebuah harmonisasi indah, membuat rumah tangga menjadi “rumah” sesungguhnya, sebuah tempat untuk pulang.

Jelas manusia penuh dengan keterbatasan. Pun demikian dengan sepasang manusia yang menjalin hubungan dalam ikatan pernikahan. Penerimaan menjadi hal yang tak mungkin terelakkan. Namun sesungguhnya, ada naluri untuk saling memperbaiki diri, menjadi yang terbaik untuk sang kekasih. Ingin ia mendapatkan lebih dari apa yang ada di diri, atas nama memberikan kebahagiaan sejati.

Ya, pria itu penuh dengan kelemahan layaknya manusia lainnya. Dan sang wanita menerimanya dengan lapang dada. Tapi cinta sudah terlanjur menancap di hati sang pria, dan ingin memberikan yang terbaik dari apa yang ia punya. Sang wanita sama sekali tak pernah menuntut, namun upaya perbaikan diri terus dilakukan oleh kekasihnya. Atas nama cinta. Atas nama tanggung jawab. Karena pria itu sangat memahami, bahwa ada seseorang yang harus ia jaga, melebihi ia menjaga dirinya sendiri.

Untuk hal-hal yang tak dapat ditoleransi, tentu saja ada lemparan kritik dari sang wanita. Bukankah Tulus pun memiliki sebuah lagu yang kurang lebih kontennya adalah jangan terima aku apa adanya, demi sebuah perbaikan yang terus-menerus? Gaya hidup lajang yang penuh kebebasan tentu saja tak akan mudah dilepaskan oleh sang pria, namun entah mengapa, masukan-masukan dari belahan jiwanya begitu mudah masuk ke telinga dan hatinya. Menyerap sempurna, dan terimplementasi dengan jelas. Menciptakan sebuah cermin diri yang terus menginginkan ia menjadi manusia yang lebih baik dari waktu ke waktu, tanpa pernah menuntut.

Wanita ini mengubah. Sejak pertama kali kedatangannya dalam hidup sang pria. Sang pria pun sadar sepenuhnya, wanita yang ia pilih bukanlah satu-satunya yang ada di dunia ini. Dalam sudut pandang lainnya, ada jutaan yang lebih baik dari ia yang ada di hatinya kini. Namun sekali lagi, ini adalah tentang membentuk keluarga terbaik yang hanya dilakukan oleh mereka berdua. Tentang perjuangan menghadapi hidup bersama. Dengan cinta. Dengan tanggung jawab. Dengan penerimaan. Dengan perbaikan. Membangun peradaban kecil dalam bingkai agama, ilmu pengetahuan, dan romantisme. Mirip seperti cita-cita Habibie-Ainun muda.

Ini adalah tentang sebuah perjuangan. Perjuangan yang indah, dalam dimensi dunia dan akhirat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun