Artinya, "Tidak ada fitnah yang aku tinggalkan pada manusia setelahku  (kewafatanku) yang lebih membahayakan laki-laki dari pada perempuan." (HR. Muttafaqun 'Alaih).
Fitnah yang dimaksud adalah sebagai ujian kehidupan bagi setiap muslim, khususnya laki-laki. Tidak aneh jika seseorang perlu kehati-hatian, karena mencegah pasti lebih baik, lebih mudah dari pada harus menanggung resiko, atau bertanggung jawab atas kecerobohan, dan kelalaian akibat melakukan kesalahan yang besar.Â
Ajaran Islam sudah menyiapkan rambu-rambu untuk keselamatan hidup, yang semuanya bisa ditemukan dalam kitab suci, maupun hadits. Terutama untuk seorang guru laki-laki, atau Pak Guru di zaman now yang godaan terhadap syahwat makin banyak bertebaran terutama dari sumber Internet. Bukan hanya bekal Ilmu Pedagogig, tetapi bekal iman juga sangat penting bagi seorang guru agar bisa mengendalikan hawa nafsunya. Berikut upaya untuk menghindari fitnah syahwat yang tidak terkendali, sehingga bisa menuruti hawa nafsu:Â
Pertama, merasakan pengawasan Allah SWT, "muroqobatulloh" dalam berbagai kesempatan. Allah Maha Melihat, dan Dia Maha Mengetahui semua yang dilakukan setiap orang. Jika seseorang selalu merasakan pengawasan Allah SWT berarti ia selalu berdzikir kepada-Nya. Dzikir, seperti membaca tasbih, tahmid, tahlil, atau membaca Al-Qur'an, membuat hati manusia terjaga dari gangguan iblis. Dalam sebuah hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah SAW bersabda: "Dzikir kepada Allah adalah benteng dari setan, seperti benteng yang kokoh melindungi manusia dari serangan musuh."
Dengan dzikir, manusia mengingat Allah, sehingga iblis kesulitan untuk menanamkan was-was atau godaan ke dalam hati. Pada saat membersamai peserta didik, terutama yang remaja putri sudah baligh, maka seorang Pak Guru perlu membiasakan dzikir, muroqobatulloh.Â
Kedua, senantiasa menjaga pandangan. Sebagaimana yang disebut dalam surat An-Nur ayat 30,
"Katakanlah kepada laki-laki yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya. Demikian itu lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha teliti terhadap apa yang mereka perbuat".
Diperkuat pula dengan hadis yang menyebutkan pandangan pertama adalah bagianmu, untuk yang berikutnya maka berpalinglah, maknanya jangan berlama-lama karena resiko sesudahnya. Boleh memandang, seperlunya saja tanpa diikuti dengan menuruti hawa nafsu. Menurut Yudi, yang dimuat dalam Islampos, dalam "Ancaman bagi Muslim yang Tidak Menjaga Pandangan", bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, pernah menasihati Ali: "Jangan kamu ikuti pandangan pertamamu dengan pandangan kedua dan selanjutnya. Milik kamu adalah pandangan yang pertama, tapi yang kedua bukan."Â
Dari sumber yang sama seperti di atas, dalam musnad Ahmad, disebutkan, Rasulullah Shallahu Alaihi Wa Sallam, bersabda: "Pandangan adalah panah beracun dari panah-panah Iblis. Barangsiapa yang menundukkan pandangannya dari keelokkan wanita yang cantik karena Allah, maka Allah akan mewariskan dalam hatinya manisnya iman sampai hari kiamat."
Surat Ali Imran ayat 14 menunjukkan bahwa memandang lawan jenis memang sengaja diciptakan menarik atau indah. Namun dengan memperhatikan ayat lainnya mengandung makna tidak bebas memandang, ada syarat dan ketentuan berlaku.Â
Ketiga, menghindari berduaan dengan lawan jenis, ini juga pernah disampaikan Rasulullah Saw kepada sahabatnya, sebab yang ketiganya ada setan, terutama yang berpotensi berbuat maksiat jika tidak ada orang lain di dekatnya.Â