Acara TV yang paling saya gemari setelah lakon komedi Opera Van Java dan Bukan Empat Mata, adalah film kartun.Di waktu senggang, sambil santai, minum teh dan makan cemilan, saya selalu mencari stasiun TV yang memutar film favorit itu.Diantara banyak film kartun yang sempat saya tonton, beberapa “tokoh” dapat saya catat disini, Scooby Doo, SpongeBob, The Simpson, Winnie The Pooh, Dora Emon, Popeye, Donald Duck dan Mickey Mouse.Tetapi, dari semua film kartun yang pernah diputar, yang paling saya sukai dan tak pernah saya lewatkan adalah Tom and Jerry.
Topik cerita Tom and Jerry, berkisar pada pertikaian yang tak kunjung usai antara si Kucing-tua Tom yang berusaha menangkap musuhnya, sang Tikus-kecil Jerry, dengan usaha-usaha konyol tetapi tetap membuat bibir tersenyum menahan geli.Anehnya, lakon Kucing-Tikus ini kebanyakan dimenangkan justru olehJerry, yang dalam kehidupan sehari-hari malah menjadi musuh manusia, sebagai hama yang merugikan.Cerita yang kalau digagas-gagas sering terasa mustahil ini, lahir pada tahun 1940 dan diproduksi oleh MGM Cartoon Studio Hollywood, saat ini beralih ke produsen Filmation Studios, sementara sebelum itu dipegang oleh Hanna-Barbera Production dan tetap menjadi film kartun yang paling banyak pemirsanya di seluruh dunia, hingga kini.
Ketika libur-panjang Lebaran bulan lalu, salah satu stasiun TV ibukota, memutar paradefilm Tom and Jerry selama 1 jam penuh.Tentunya suatu momen yang tak saya lewatkan.Diantara beberapa serial yang diputar pagi itu, ada satu kisah menarik yang akan saya angkat disini.Kira-kira begini alur kisahnya :Pada suatu pagi, majikan Tom, pasangan sepuh, sebut saja, Om Clint dan Tante Grace rasan-rasan tentang prestasi Tom yang sudah jauh menurun dalam menangkap Tikus di rumah mereka.Tom memang seekor Kucing tua, yang tentu saja larinya, gerak refleksnya, daya inderanya sudah menurun. “Tom kita pelihara, kita beri makan, kita timang-timang, kita bawa ke dokter bila sakit, dengan tujuan untuk membasmi Tikus.Ternyata akhir-akhir ini, tak satupun Tikus yang berhasil ditangkap. Malahan barang kita porak-poranda karena ulah dia, ketika mengejar Tikus, yang selalu lolos dari sergapannya”, demikian Tante Grace mulai membuka wacana.Tak kalah sengitnya, OmClint juga menyetujui pendapat isterinya, mengecam Tom tua yang dianggap sudah jauh panggang dari api.Singkat kata, mereka sepakat untuk membuang Tom, ke tempat penitipan hewan tua, sekaligus akan shoping mencari ganti Tom, seekor Kucing muda, yang diharapkan masih perkasa dalam mencari mangsa.Tibalah suatu pagi yang cerah.Pasangan Clint dan Grace membawa Tom dalam sangkar yang dihias dengan indah.Mereka pergi untuk menitipkan Tom tua, sampai ajal kelak menjemputnya.Air mata Tom berurai mengalir deras, dan dengan nada mengiba-iba memohon agar diperbolehkan tetap tinggal di rumah keluarga Clint yang telah dihuni bertahun-tahun.“Jangan buang aku pak Clint. Jangan pisahkan aku ibu Grace.Kala muda aku selalu menjaga rumahmu dari serbuan Tikus.Kini, Tikus-tikus itu semakin pintar, tambah licik danlebih kencang larinya.Ingatlah, aku telah berjasa menjaga rumahmu dari gempuran Tikus-tikus laknat itu”, demikian kira-kira Tom merengek sambil menangis terbata-bata.Tapi, Om Clint dan Tante Grace tetap bergeming.Akhirnya mereka memang berpisah.Tom tinggal di “rumah”nya yang baru, dengan meratapi nasibnya, sementara Om Clint, sambil berdendang dan bersiul kecil,menenteng keranjang yang lebih cantik, berisi Kucing jantan, muda, perkasa, dan nampak berwibawa, namanya Topsy.Harapan mereka digantung di langit yang tinggi. Tikus-tikus akan segera enyah dari rumah.Sang Kucing muda, Topsy akan lari kesana-kemari mengusir atau mengunyah Tikus yang biasanya menari-nari dalam sorotan tatapan kosong Tom tua yang sekarang sudah tiada.
Tetapi, apa yang terjadi tidaklah seperti yang dibayangkan.Topsy, si kucing muda, memang lebih gagah.Dia lahap menghabiskan makananyang disediakan secara istimewa oleh Tante Grace dan dibutuhkan untuk menopang tenaganya.Sangkarnya dibeli dari Toserba yang mahal harganya. Setiap minggu dibawa ke salon untuk menata bulunya, tetapi prestasinya tak kunjung tiba.Si Jerry masih sering menggerogoti sisa makanan yang lupa disimpan Tante Grace, sementara hari demi hari, tak ada Tikus yang ditangkap Topsy.Pasangan Clint tidak menyangka bahwa Tikus yang merajalela bukan semata-mata karena Tom-tua tak berdaya, tetapi ada sebab lain yang tak bisa dicerna oleh pasangan Clint dan Grace.Sang Hero berubah menjadi Zero.Meskipun sudah dimanja, Topsy ada disana hanyalah sia-sia.Di akhir cerita, Om Clint dan Tante Grace menyesal telah mengusir Tom, Kucing tua yang telah banyak berjasa, tapi dilupakan begitu saja.Om Clintmenjemput si Tom dan diajak kembali ke rumah mereka.Tom diminta mendampingi Topsy untuk bahu-membahu mengusir Tikus dari rumah mereka, dan serial itu ditutup dengan happy ending, ketika mereka berempat menari dansa merayakan perjumpaan kembali sang Kucing tua yang tak seharusnya dipinggirkan begitu saja.
Drama diatas pasti rekaan sang sutradara belaka.Kucing mana yang bisa berurai air-mata dan berdansa-ria seperti film yang saya tonton pagi itu.Tetapi pesan yang saya terima sungguh bermakna.Sudah menjadi sesuatu hokum-alam bila seseorang atau sekelompok orang menjadi bosan dan ingin berganti dari suatu relationship yang telah lama dijalin, menjadi hubungan lain yang lebih baru.Manusia bisa bosan, dan ingin sesuatu yang lain, yang lebih antusias, yang lebih bisa diandalkan, yang lebih memberi harapan,yang lebih excited, dibanding yang lama.Mereka saling memerlukan penyegaran. Suami dengan isteri, isteri dengan suami,sesama teman kerja, atasan dengan bawahan, bawahan dengan atasan atauhubungan persahabatan biasa, sering diakhiri dengan cerita mirip Tom, Clint, Grace dan Topsy diatas.Teori tentang terbentuknya Post Power Syndrome, yang dipelajari para ahli Psikologi (1950), mengatakan bahwa sindrom ini disebabkan, salah satunya, karena perlakuan seperti yang ditunjukkan Clint dan Grace kepada Tom dalam cerita fiksi diatas.Seseorang akan merasa tak berarti bagi manusia lain atau bahkan bagi dunia, apabila merasa dipinggirkan, jasanya dilupakan, dan masa depannya diabaikan.Mereka kecewa, bingung, kesepian, ragu-ragu, khawatir, takut, putus asa, ketergantungan, kekosongan, dan kerinduan akan power yang selama ini digenggamnya.Biasanya, para pengidap sindrom ini akan mengeluarkan kompensasi dalam bentuk displacement, berupa perilaku kontra produktif.Di Indonesia istilah ini diperkenalkan, untuk menjuluki 50 pensiunan Jenderal dan aktivis senior yang mengkritisi otoritarian Presiden Suharto, di zaman Orde Lama.Kelompok ini dikenal sebagai Petisi 50, yangdibentuk pada tanggal 5 Mei 1980.Secara tidak proporsional, merekadicap sebagai sekelompok manusia purna-karya yang terkena Sindrom Paska Kekuasaan.
Derita Tom, berupa kesedihan dan perasaan ditinggalkan, bisa dinetralkan bila saja pasangan Clint dan Grace memperlakukannya dengan lebih bijaksana, seperti yang akhirnya ditunjukkan dalam ending cerita film diatas.Topsy memerlukan pengalaman dan wisdom Tom, sementara Tom membutuhkan kegesitan dan keperkasaan Topsy.Itu yang disebut sinergi untuk mengusir Jerry dan kawan-kawannya.Membangun kinerja denganmengganti Tom - hanya semata-mata karena dia sudah tua - dengan Topsy - juga hanyakarena dia lebih muda - tanpa memahami kebutuhan, kekuatan dan kelemahan sumber-sumber yang ada, merupakan usaha sia-sia dari Clint dan Grace.Dan akhir cerita film tadi memang membuktikannya.Sebagai penutup dari renungan ini, saya ingin mengutip pesan seorang Jenderal-besar Amerika, General Douglas Mac Arthur, tokoh sentral dan pahlawan Amerika dalam Perang Dunia II. Pesan bagi mereka yang sudah tiba saatnya untuk lengser keprabon, madeg pandita.Dalam pidato perpisahan di depan konggres Amerika, 19 April 1951, ketika Sang Jenderal-besar akan memasuki masa purna-karya, dia mengungkapkan bagaimana seorang pemimpin harus bersikap, apabila waktu undur sudah tiba. Sebuah nasehat yang sering dikutip untuk mengingatkan tentang seseorang yang harus berganti peran. Old soldiers never die, they just fade away.Seorang prajurit, seorang pemimpin, seorang panutan tidak pernah mundur dengan rasa kecewa, bila waktunya tiba.Dia pantang bersedih, tidak pernah putus-asa, tak kenal kecewa dengan dunia di depannya.Dia tidak pernah mati, dia hanya beringsut ke belakang, untuk memberi kesempatan dan mendampingi pemimpin muda tampil ke depan.
Catatan:
Rasan-rasan = mengemukakan pendapat, ide atau usulan
Lengser keprabon = purna-karya, bebas tugas, pension
Madeg pandita = meningggalkan dunia-ramai dan menjadi penasehat/pendeta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H