Judul renungan diatas, saya ambil dari kosa kata bahasa Perancis.Dibacanya memang harus agak sengau, terutama di suku kata terakhir.Sinonimnya dalam bahasa Indonesia adalah “Kupu-kupu”. Kupu-kupu dalam khasanah bahasa Indonesia memang berkonotasi indah, gemebyar, lucu, riang dan bebas.Sinonim dalam bahasa Indonesia zaman dulu, kalau anda masih ingat,adalah “Si Rama-rama”.Entah kenapa, ia dinamai demikian.
Tak heran kalau Ibu Sud, pengubah lagu anak-anak yang piawai, pernah mempunyai master piece, dengan judul : “Kupu-kupu yang Lucu”.Selain lucu, Kupu-kupu, juga digambarkan ibu Sud, sebagai binatang yang bebas, boleh kesana-kemari, hilir mudik mencari bunga-bunga yang kembang, seperti yang ditulis di syair lagunya.
Nampaknya, kesan Kupu-kupu sebagai serangga terbang yang bebas, diadopsiolehseorang produser, Franklin J Schaffner, sebagai judul sebuah film, yang dibuat tahun 1973. Judulnya : “Papillon”.Ia bercerita tentang sebuah penjara di Perancis, pada tahun 1930-an.Konon film Papillon merupakan kisah nyata yang kemudian menduduki top box office, bahkan menjadi legendaris, sampai sekarang. Film itu menceritakan persahabatan 2 narapidana Perancis yang dibuang ke sebuah pulau menyeramkan di Amerika Latin, French Guiana. Pulau yang menjadi koloni Perancis itu, dipilih dan dibuat khusus untuk penjara di tempat terpencil, agar tahanan tidak kabur.Iadikelilingi hutan lebat, pantai curam dan dijaga Hiu ganas.Sejarah mencatat,belum pernah ada tahanan yang berhasil lolos keluar dari penjara itu.French Guiana adalah penjara yang paling menakutkan pada masa itu, plus kisah portir kejam, berperangai aneh, dan korup.
Dua tahanan tadi adalah Henri Charriere dan Louis Dega.Keduanya dimainkan aktor watak yang bermain sangat apik.Mereka adalahSteve Mc Queen dan Dustin Hoffman.Steve sukses bermain dalam banyak film lainnya, diantaranya “Magnificent Seven” (1960), “Le Mans” (1971) dan “The Towering Inferno” (1974), sementara hal yang sama diraih Dustin Hoffman di“The Graduate” (1967), “All The President Man” (1976) dan “Kramer vs Kramer” (1979).Semuanya film kelas Oscar – Academy Award, yang memukau saya beberapa puluh tahun silam.
Henri Charriere seorang bajingan tengik (bastard), penjahat ulung, masuk penjara karena kejahatan kelas kakap. Dia dikenal pembunuh kejam, perampok ganas dan pencuri lihai. Dega, seorang bangsawan kaya, sering melakukan counterfeiter dengan sangat licik.Berbeda dengan Dega yang kelihatan pasrah dalam menjalani hukuman dan mengusahakan pembebasan melalui pengacaranya, Henri mempunyai semangat yang tak pernah padam untuk kabur, untuk melarikan diri, untuk bebas.Jiwanyalepas, tak sudi dikungkung dan selalu mencari jalan untuk keluar dari penjara laknat yang menyeramkan dan menyengsarakan.Mungkin karena itu Henri dijuluki Papillon, Sang Kupu-kupu.
Meskipun berada dalam penjara yang mengerikan bahkan menjijikkanakhirnyaPapillon berhasil lolos. Dia kabur setelah menyuap portir penjara.Tetapi, seperti yang diduga, tak lama kemudian Papillon tertangkap.Dia harus masuk penjara reclusion, dengan luas : 5 x 3 meter. Papillon harus menerima untuk hidup diisolasi tanpa sinar matahari dengan kondisi gizi dan sel yang sangat buruk.Dia tidak boleh bertemu manusia lain, selama 1 tahun.Tapi Papillon bergeming.Keluar dari sel pengasingan, dia langsung merencanakan pelariannya kembali.
Dalam pelarian kedua, Papillon berhasil sampai ke Honduras.Selangkah lagi dia akan bebas.Lagi, nasib apes mengikutinya.Dengan bantuan seorang kepala biarawati, Papillon kembali tertangkap.Dia dikirim lagike French Guiana.Kali ini Papillon diganjar sel isolasi, 5 tahun.Bayangkan........ selama 5 tahun. Dia tidak melihat sinar matahari, hanya hidup di ruangan sangat sempit, dengan gizi amburadul, oksigen terbatas, tidak pernah bertemu manusia lain.Apakah dia masih mampu survive untuk keluar?
Papillon mempunyai tekad dan semangat yang sangat keras untuk bebas. Sel isolasi tidak meruntuhkan jiwa bajanya.Setelah selesai menjalani isolasi yang kedua, Papillon kembali kabur.Kali itu, diceritakan bahwa dia berhasil.Diasukses minggat dengan menggunakan rakit buatannya sendiri.Perahu sangat sederhana, terbuat dari beberapa buah kelapa kering dan disatukan dalam sebuah karung.Akhirnya Papillon hidup normal di negara asalnya.Dia benar-benar bebas.
Keinginan dan semangat Papillon yang menyala-nyala untuk bebas, keluar dari himpitan tembok penjara di pulau French Guiana, nampaknya merupakannaluri yang melekat dalam diri setiap manusia.Kebebasan merupakan nilai paling hakiki yang ada dalam manusia.Bahkan manusia diciptakan Tuhan dengan keleluasaan untuk memilih. Manusia digambarkan sebagai makhluk hidup yang jiwanya bebas, free will.Sejatinya ia tidak mau dikungkung, tidak ingin dikekang, menolak untuk dibatasi.Yang harus dicatat adalah dibalik pilihan yang kelihatannya bebas itu,melekatkonsekuensi (-konsekuensi) yang harusdisandangnya.Stephen R. Covey benar.Manusia bebas menentukan pilihan, tetapi terikat untuk menanggung konsekuensinya. Dibalik setiap kebebasan menentukan pilihan, terdapat akibat yang mengikutinya, “While we are free to choose our actions, we are not free to choose the consequences of our actions”.
Sebetulnya, setiap manusia mempunyai 2 jenis “kebebasan”, yaitu berpikir dan bertindak.“Kebebasan berpikir” jauh lebih “bebas” dibanding bertindak.Ia sesuatu yang abstrak, tidak terlihat, dan intrinsik.Namun, justru “kebebasan berpikir” nyaris tanpa konsekuensi.Ia bisa tanpa batas.Manusia bisa berpikir apa saja, sampai kemana saja, tanpa ada orang lain yang tahu atau ikut campur.“Kebebasan bertindak”, karena merupakan suatu action, kelihatan, konkret dan ekstrinsik, mengandung konsekuensi (-konsekuensi) yang harus dihadapi selanjutnya.Itulah mengapa “kebebasan bertindak”, kemudian mempunyai batasan-batasan yang muncul dengan sendirinya.
Ada 2 hal yang menyertai “kebebasan” dari setiap individu.Pertama adalah kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain.Ia - lebih jauh - juga dibatasi oleh kebebasan komunitasnya, masyarakatnya, dan akhirnya oleh sesamanya.Kebebasan menjadi sesuatu yang “tidak tak terbatas”.Kebebasan individu menjadi berkurang secara otomatis, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain.Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mungkin hidup sendiri, meskipun itu akan balik membatasi kebebasannya.Papillon membuktikan hal itu.
Yang kedua, kebebasan seseorang akan berkurang seiring jalan hidupnya.Ketika seseorang lahir, dan kemudian mendapat identitas, maka pada saat itu,kebebasannya mulai dibatasi oleh namanya.Ketika dia sadar sebagai seorang pribadi, kebebasannya berkurang lagi.Ketika dia menjadi dewasa dan berangsur tua, maka batasan-batasan lainnya akan berdatangan secara alamiah.Begitu seterusnya, sampai akhirnya dia mati.
Kebebasan merupakan sesuatu yang kontroversial, setua sejarah manusia.Manusia pertama, Adam dan Hawa adalah contohnya.Diberi kebebasan yang cukup mewah oleh Sang Pencipta, justru mereka rusak hanya karena mereka ingin mendobrak batasan yang sederhana.Larangan untuk makan “buah terlarang” membuat mereka tak kuasamenahannya.Mereka ingin kebebasan yang lebih lagi, dan lebih lagi.Keberanianuntuk menjaga kebebasan itu sirna.Akhirnya justru kebahagiaan yang sudah digenggamnya musna semua.Persis seperti yang diucapkan seorang sejarawan dan penulis Yunani kuno,Thucydiudes (460-404 BC), “The secret of happiness is freedom.The secret of freedom is courage”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H