Mohon tunggu...
Susantya Kurniawan
Susantya Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn

Saya seorang guru PPKn SMP dan SMA di salah satu sekolah swasta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Masihkah Anggota DPR Penyalur Aspirasi Rakyat?

14 Mei 2014   19:20 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:31 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tahun 2014 merupakan tahun politik bagi Bangsa Indonesia, pada tahun ini bangsa Indonesia mempunyai  dua hajatan besar yaitu pemilihan umum untuk memilih anggota  legislatif  yang akan duduk di kursi DPR serta dilanjutkan dengan pemilihan Presiden dan wakil Presiden. Dua agenda tersebut sangatlah penting bagi bangsa Indonesia karena menentukan nasib bangsa  Indonesia lima tahun  kedepan. Agenda pertama yaitu  pemilihan umum untuk memilih anggota legislatif baru saja kita laksanakan pada bulan April (2014) yang lalu. Banyak calon-calon legislatif dari berbagai partai politik yang ada di Indonesia berlomba-lomba meraih suara terbanyak untuk dapat melenggang ke "Senayan". Mereka bersaing dengan lawan politik baik yang berasal dari partai yang sama ataupun yang berasal dari partai lain.

Tentu saja untuk meraih suara yang banyak dari masyarakat  mereka para calon anggota legislatif harus banyak menarik simpati dari rakyat. Caleg-caleg tersebut menggunakan masa kampanye untuk menarik simpati  dari masyarakat. Caleg-caleg bersama partai politiknya rela turun ke jalan berbaur dengan masyarakat, baik yang ada di perkotaan ataupun di pedesaan demi mendapat suara terbanyak dalam pemilu legislatif. Bermacam-macam acara mereka adakan demi  menarik simpati dari rakyat, dari acara yang sederhana seperti konvoi di jalan-jalan protokol sampai acara yang berdana besar seperti panggung hiburan untuk rakyat lengkap dengan artis-artis yang siap menghibur rakyat. Dalam acara-acara yang mereka buat tersebut disisipi pidato dari caleg yang rata-rata isinya adalah janji-janji untuk menyejahterakan rakyat, mereka para caleg mengaku akan menjadi wakil rakyat yang akan menyalurkan aspirasi-aspirasi rakyat.

Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah, Apakah semua caleg-caleg tersebut memang mempunyai orientasi yang sama untuk menjadi  wakil rakyat yang duduk di kursi pemerintahan dan menyalurkan seluruh apirasi rakyat ?, kalau kita tengok rapor wakil-wakil rakyat kita pada  masa pemerintahan saat ini ataupun pada pemerintahan masa lalu masih banyak oknum-oknum wakil rakyat yang menyalahgunakan kedudukannya sebagai wakil rakyat, contoh yang nyata adalah banyaknya tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh anggota DPR kita. Seolah-olah para wakil rakyat lupa dengan pidatonya di masa kampanye yang menyerukan bahwa kepentingan rakyat akan diperjuangkan semaksimal mungkin, pada prakteknya mereka malah memperjuangkan "perutnya" sendiri dengan cara haram yaitu korupsi. Bukan tidak mungkin caleg-caleg yang kita pilih pada pemilu legislatif kemarin apabila mereka terpilih dan duduk di kursi Dewan akan berperilaku sama dengan pendahulunya.

Tidak salah apabila kita berpendapat bahwa para calon ataupun anggota legislatif memiliki orientasi dan tujuan hanya pada uang dan keuntungan yang akan diterima saja bukan pada kinerja ataupun pengabdiannya terhadap rakyat, hal ini bisa diartikan seperti ini: siapa yang menebar "modal"  banyak pada masa kampanye pasti akan duduk di kursi "VIP" senayan dan menuai segudang "keuntungan" yang dapat menutup kerugian yang dijadikan modal untuk kampanye. Walaupun masih ada juga segelintir caleg ataupun anggota legislatif yang memang murni mengabdikan dirinya untuk tujuan awal yaitu menyejahterakan rakyat serta membangun negeri kita tercinta ini ke arah yang lebih baik.

Sudah saatnya rakyat Indonesia bangkit dan berani menolak hal-hal seperti ini. Jangan tukarkan harga diri bangsa kita yang sangat mahal harganya ini dengan materi yang harganya tidak lebih dari lima kilogram beras, bukankah masa depan bangsa Indonesia lebih penting dari pada materi yang harganya tidak lebih dari lima kilogram beras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun