Senin pagi (3/2/2025), menjelang fajar hujan turun dengan derasnya. Jika tidak mengingat kewajiban dan tugas dinas, yang paling enak adalah menarik selimut dan tetap berada di peraduan.
Tidak, harus dibunuh rasa malas itu. Jangan biarkan rasa malas menyelimuti badanmu. Bangun dan segera berkemas! Hati kecil memberi nasihat.Â
Saya pun segera bangun, apalagi Ibu Negara pun menggedor daun pintu, dengan lembut dan ramah  membangunkan.
"Bangun! Siang, siang, siang, berangkat sekolah!"Â
Satu saja, ya, tanda serunya. Jika dibuat lima nanti terkesan tidak ramah lagi, he he he.
Bangun tidur kuterus mandi
Tidak lupa menggosok gigi (meskipun giginya sudah hampir habis)
Hujan di luar masih deras. Dari jendela ruang depan, langit masih terlihat gelap. Rinai hujan terus saja mengguyur. Namun, Tuhan Maha Baik. Menjelang pukul 6.30, derai air hujan mereda. Meskipun jika berjalan lima meter saja pakaian luar bakal basah dan menyusup hingga ke pakaian paling dalam.
Meskipun belum reda betul, intensitas air yang jatuh mulai berkurang menumbuhkan semangat untuk segera berangkat ke tempat kerja.Â
Tepat pukul tujuh, hujan menderas kembali. Angin pun beritup mengirimkan hawa dingin menusuk. Anak bungsu bersiap berangkat ke sekolah. Dia tidak mau memakai jas hujan. Namun, celana setelan jas hujan mau ia kenakan. Tas hitamnya telah dibalut dengan pembungkus tas ayahnya. Untuk menahan rintik air ia memakai jaket tebal yang ia beli di pasar virtual.Â
"Berangkat, Bu!" Lalu, brum ... suara motor sport dengan dudukan landai besutan AHM miliknya pun melaju meninggalkan halaman rumah.