Mohon tunggu...
Susanto
Susanto Mohon Tunggu... Guru - Seorang pendidik, ayah empat orang anak.

Tergerak, bergerak, menggerakkan. Belajar terus dan terus belajar menulis.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lutung ke Panggung

10 Agustus 2024   22:36 Diperbarui: 10 Agustus 2024   22:45 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Antok dan Imung bersekolah di SMP Kartini. Mereka bersahabat karib sejak kelas tujuh. Antok duduk di kelas 8C sedangkan Imung duduk di kelas 8B. Meskipun mereka tidak satu kelas, namun keakraban mereka tampak ketika istirahat dan kegiatan ekstrakurikuler.

Kedua anak itu mengikuti ekstrakurikuler Tari. Sejak kelas tujuh mereka mengikuti ekstrakurikuler menari yang dibimbing oleh sepasang suami istri lulusan Institut Seni Indonesia. Bapak dan Ibu Suratno adalah pengajar tari yang ramah sekaligus pandai mengajari berbagai tari tradisional.

"Mas Imung sudah hafal Tari Lutungnya?" tanya Ibu Darsi, guru kesenian SMP Kartini.

"Insya Allah, sudah, Bu. Tapi nggak tahu si Antok hapal apa belum," jawa Imung.

"Coba kamu hubungi, malam resepsi tujuh belasan nanti, kalian ikut mengisi acara," jelas Ibu Darsi.

Setiap tahun, SMP Kartini selalu menggelar pentas seni dalam rangka resepsi peringatan hari kemerdekaan. Ada drama, pembacaan puisi, tarian, dan penampilan grup band The Boys. Grup band The Boys adalah grup kebanggan SMP Kartini. Tangan dingin Pak Teguh membuat grup band sekolah itu selalu memukau jika tampil di panggung-panggung perlombaan.

Meskipun panggung terbuka perayaan tujuh belasan berada di SMP Kartini, panggung pentas seni itu juga diisi oleh pemuda-pemudi Karang Taruna. Acara yang biasanya dimulai pukul delapan malam bisa berakhir pada dini hari karena banyaknya para peserta yang mendaftar atraksi.

"Tok, kita diminta Bu Dar pentas di resepsi tujuh belasan. Kamu siap, nggak?" tanya Imung kepada sahabatnya.

"Beres, Boss! Aku sudah hafal semua, hanya beberapa gerakan yang perlu disesuaikan dengan musik. Juga pas kita berpindah posisi aku suka lupa hitungan ke berapa," terang Antok.

"Huh, dasar tukang ngeles! Itu namanya belum hafal, Dul!" jawab Imung sambil mendorong kepala sahabatnya dengan ujung jari kanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun