"Sesuatu yang besar dimulai dari sesuatu yang kecil" (Pepatah Tiongkok)
Halo, Sobat Kompasiana. Tulisan kali ini perdana saya gunakan sapaan Pakde untuk menggantikan kata 'saya'. Minta izin, ya. Sobat Kompasiana boleh berkomentar di kolom komentar jika kurang berkenan dan tetap menggunakan kata 'saya' sebagai sapaan orang pertama tunggal. Alih-alih menggunakan kata 'penulis' yang terkesan kaku dan seperti tulisan formal, penggunaan kata saya memang lebih elegan. Namun, kali ini izinkan untuk pertama kalinya saya menggunakan kata Pakde untuk menganntikannya.
Beberapa bulan lalu, si sulung dan istrinya pernah berujar ingin berjualan sate daging kambing dan/atau ayam. Di daerah tempat tinggalnya, Perumahan Grand Rancamanyar, Baleendah Bandung, belum terlihat orang berjualan sate. Ada juga sebenarnya, tetapi sate padang. Oleh karena itu, mereka berencana ingin membuka usaha: berjualan sate lokal.Â
Kerabat istri si sulung adalah pengusaha sate yang sudah puluhan tahun berjualan sate di daerah Cicurug, Sukabumi. Makanan yang pengolahannya dengan cara dibakar pada bara arang itu menjadi usaha yang digeluti puluhan tahun lalu. Kakak ipar si sulung sejak masih lajang adalah salah satu pegawainya. Tentu saja, ilmu 'persatean' sudah ia kantongi.Â
Melihat peluang usaha, rencana aksi nyata pun segera mereka susun. Survey bahan baku, menyiapkan tempat, dan strategi pemasaran secara daring.
Setelah semua dirasakan siap, Sate Cicurug pun mulai membakar tusukan pertama pada Hari Batik Nasional, 24 Juli 2024.Â
Tidak Hanya Sate
Tidak hanya sate yang mereka jual. Meskipun merek dagang mereka Sate Cicurug, mereka juga melayani sate kambing, sate ayam, sate sapi, sop kambing, dan tentu saja nasi putih.
Harga yang ditawarkan pun relatif terjangkau dan melayani pembelian setengah porsi. Barangkali saja ingin menikmati sate ayam lezat namun di kantong hanya ada uang sepuluh ribu perak. Atau ingin mencicip sate kambing yang sedap uang di kantong hanya ada lima belas ribu.Â
Pakde mencicipi sate cicurug pertama kali bulan September tahun 2022. Saat itu, bersama istri dan si sulung yang masih lajang, kami bertiga menuju Desa Purwasari, Kecamatan Cicirug, Sukabumi.Â
Pakde tidak tahu bahwa hari itu bakal diajak berkenalan dengan orang tua teman wanitanya. Kami disambut baik dan dijamu dengan minuman dan makanan termasuk sop kambing serta sate ayam dan sate kambing yang sangat enak.
Berbasa-basi, akhirnya meningkat menjadi pembicaraan serius, perihal hubungan anak kami. Akhirnya, kedua keluarga sepakat untuk menikahkaan keduanya pada ujung tahun 2023, tepatnya 31 Desember 2023.