Hari ini adalah Jumatan kesekian kalinya di Masjid Jamik desa saya, anak-anak di barisan belakang gaduh dan terasa sangat mengganggu. Mereka bersenda gurau, bahkan tertawa-tawa. Mereka juga berlari-lari ke sana kemari. Padahal khatib sedang membaca khutbah di mimbar.Â
Tempat duduk saya berada jauh dari mereka. Andaikata dekat pun, mungkin saya juga tidak berani menegur. Takut sia-sia pahala jumatnya. Demikian muadzin mengingatkan sebelum khatib membacakan khutbahnya.Â
"Sekalipun menegur dengan kata "diamlah" maka sia-sialah pahala Jumatmu," begitu kurang lebih sang muazin mengingatkan. Lalu, apakah sikap anak-anak yang sebagian besar jamaah menganggap hal itu mengganggu, harus dibiarkan?
Jangan Usir Anak-anak dari Masjid
Dunia anak adalah dunia bermain. Tidak peduli di tempat ibadah sekalipun mereka akan tetap bermain. Mereka memainkan apa saja. Memanfaatkan tubuhnya, pakaiannya, atau sengaja membawa mainan untuk dimanipulasi.Â
Akan tetapi, saya banyak mendapat nasihat dari para tetua, jangan usir anak-anak dari masjid sekalipun mereka berbuat gaduh. Saya pun balik bertanya, mengapa begitu? Para sesepuh pun menjawab bahwa merekalah generasi penerus kita.Â
Jika kita marahi apalagi kita usir dari masjid, lalu mereka merajuk dan tidak mau lagi ke masjid, apa yang terjadi? Siapa lagi yang akan memakmurkan rumah ibadah ini selanjutnya?Â
Penjelasan yang masuk akal. Meskipun anak-anak, mereka mempunyai perasaan. Mereka memiliki rasa malu, sedih, jengkel, dan merajuk. Sebagai orang tua tentu mafhum. Betapa sulitnya membujuk jika anak telanjur merajuk.Â
Mungkin alasan inilah, anak-anak di masjid kami masih tetap leluasa bersenda gurau ketika berada di masjid, termasuk ketika khatib sedang berkhutbah dan imam masjid memimpin salat.
Strategi Menenangkan Anak yang Ribut di Masjid
Tidak dimungkiri, para dewasa/jamaah merasa terganggu. Lebih-lebih jika anak-anak bermain ketika salat sudah ditegakkan. Para orang tua (dewasa) yang merasa terganggu dengan celoteh anak-anak dan berbagai polah tingkah mereka yang kadang menggemaskan sbenanrnya dapat dimaklumi.Â
Di antara mereka ada yang butuh ketenangan. Jika konsentrasinya terganggu, bacaan surah yang seharusnya ia hapal, terlupa di tengah jalan. Pun tidak mungkin mereka menyumpal lubang telinga dengan alat peredam agar suara bising itu tidak masuk ke gendang telinganya.Â