"Galak samsela, Pak?" tanya seorang anak kepadaku.
Aku pun bengong. Yang kutahu, kata "galak" berkonotasi dengan bengis, buas, garang, suka marah, dan mudah naik darah. Sementara, kata samsela belum pernah ada di benakku.
"Pak, galak samsela?" tanyanya lagi.
"Hmm, maksudnya benda itu?" tanyaku sambil menunjuk sesuatu yang dipegangnya.
"Iyo, Pak. Ko, samsela. Galak, Pak?" tanyanya lagi.
Oalah, ternyata yang dikatakan samsela adalah buah pepaya. Banyak juga yang menyebutnya kates. Bahasa kampung saya di Gombong Kebumen, gandul.
Pada awal aku bekerja di dusun Batu Kucing, Kecamatan Rawas Ilir, Kabupaten Musi Rawas Utara (dahulu masih Musi Rawas) aku kesulitan dalam hal bahasa. Tetapi, bahasa sebagai alat komunikasi yang disepakati para penuturnya, lama-kelamaan dapat aku kuasai. Alah bisa karena biasa, begitu.
Termasuk kata galak. Galak ini, galak itu. Makna galak ternyata "suka".
Galak samsela? Galaklah!
Tulisan ini menjawab tantangan Omjay untuk menceritakan gambar pepaya yang dibagikannya di grup WA.