Hmmm...
Meski pada pertandingan berikutnya, babak semi final, Jatira Hijau harus menerima kenyataan menjadi juara 3 bersama melawan Batara Sumedang (0-0).Â
Benar bukan? Para pemain sepak bola ini adalah bintang lapangan selama permainan berlangsung. Dimana kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selama permainan berlangsung. Mereka bisa salah menendang bola, mengirimkan bola pada kawan eh malah diterima tim lawan.
Festival ini tentu bukan hanya ajang unjuk kabisa atau menunjukkan seberapa hebat kemampuan seseorang bermain bola bersama timnya. Namun dari sinilah jiwa kompetisi anak akan terus terasah.
Seseorang yang memiliki jiwa kompetitif akan berani menghadapi tantangan-tantangan baru dan resikonya, berani mengikuti perlombaan serumit apapun dalam bidang yang disukainya, tetap memiliki semangat juang saat harus menerima kekalahan. Kegagalan sebagai warna kehidupan dan kemenangan sebagai motivasi untuk selalu bersyukur, optimis, dan memaksimalkan usaha dalam setiap pertandingan.
Tentunya, dalam setiap pertandingan bukan hanya membahas menang atau kalah, siapa lebih unggul, siapa melawan siapa, tapi jiwa kompetisi ini bisa melatih seseorang melampaui kemampuan batas diri, ilmu dan pengalaman untuk menjadi yang terbaik, hingga menemukan cara untuk terus meningkatkan kemampuan di masa yang terus menuntut persaingan.
Senada yang disampaikan Coach Sujana, Direktur Teknik SSB Jatira Bandung Soccer, dalam percakapan di grup WA Jatira; menang, kalah, draw, dalam permainan sepak bola merupakan hukum alam. Yang penting prosesnya. Sampai dimana anak berproses dalam latihan dan mengaplikasikannya dalam pertandingan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H